1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (263 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...
Published on: October 21, 2006 - 8:00 AM

Introspeksi: MENGERTI ataukah MENYADARI

Saya sebenarnya punya sebuah IMPIAN BESAR, yaitu: “Merealisasikan kebahagiaan material dan spiritual bagi seluruh pegawai dan seluruh manusia, serta memimpin usaha perdamaian di seluruh dunia.” Ini sepertinya menjadi sebuah obsesi saya, yang saya sendiri pun tidak tahu apakah impian besar itu benar-benar bisa saya wujudkan kelak. Ataukah hanya sebatas berupa cita-cita mulia yang terlintas di pemikiran saya.

Tujuan utama saya adalah menolong sesama untuk hidup layak, dan berbahagia dalam arti sebenarnya. Jika impian besar saya ini bisa diwujudkan secara nyata, maka itu akan dapat meneguhkan dasar kehidupan manusia secara luas, dan menentukan apakah kehidupan kita sudah sesuai atau tidak, dalam mewujudkan manusia yang berkepribadian unggul bagi diri sendiri, maupun untuk orang lain.

Saya sering mengemukakan tema berbeda-beda dalam menjelaskan “lorong-lorong kehidupan” yang harus dan semestinya dilalui untuk membangun kehidupan manusia. Oleh karenanya, saya berharap pada akhirnya dapat memberikan kesadaran pada mereka yang salah jalan, menunjukkan kesalahannya, menemukan kebenarannya, sehingga membuat mereka ini mampu beradaptasi terhadap kebenaran ataupun kenyataan di kehidupan ini.

Melalui pengalaman dan pengetahuan yang saya sadari juga masih terbatas ini, maka impian besar saya ini anggap sebagai landasan prinsip saya untuk berusaha membimbing dan menyadarkan mereka yang membutuhkan dukungan untuk menjalani kehidupan dengan penuh kebahagiaan sejati.

Oleh karena itu, untuk bisa mewujudkan impian besar saya tersebut, hal pertama yang harus saya lakukan adalah, selain memikirkan kehidupan saya sendiri beserta keluarga besar saya, maka saya sedapat mungkin, sedikit demi sedikit berusaha untuk memahami kebenaran hidup. Jika tidak demikian, saya merasa tidaklah mungkin dapat hidup secara sempurna sebagai manusia. Singkat kata, maksud saya tentang memahami kebenaran hidup adalah sama dengan seperti saat kita mengusir orang-orang jahat yang menganiaya orang lemah.

Seandainya saya sebagai orang awam, yang hanya hidup dan bekerja untuk uang saja, maka saya akan selalu berkata: “Jual lebih banyak…dan semakin banyak lagi. Tingkatkan penjualan!”, “Kurangi biaya pengeluaran. Sedapat mungkin undurkan pembayaran jatuh tempo, kalau perlu jangan dibayar!”, “Tingkatkan efisiensi di setiap sektor usaha!”

Dan, saya tidak perlu bersusah payah memikirkan hal-hal yang rumit tentang orang lain. Jika saya hanya melakukan itu, memberikan perintah “ini” dan “itu” saja, maka saya yakin, pasti akan memiliki sejumlah perusahaan yang memiliki uang kontan terbanyak di negeri ini. Akan tetapi, saya tidak mau berbuat demikian, dan selalu menghindarinya, karena bagi saya kehidupan ini tidak sama dengan uang.

Impian manusia bukanlah harta dan nama besar saja. Menurut saya, impian manusia yang sebenarnya, dan merupakan tujuan serta misi hidup adalah: “Mempersembahkan diri dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk kebaikan manusia dan dunia.”

Dalam menjalankan bisnis sebenarnya juga harus demikian. Namun, bagaimanakah kenyataannya? Jika kita amati secara kasat mata, para pengusaha dewasa ini, kalau mendapat “cek kosong” walaupun jumlahnya sedikit, mereka bersikap seperti siput yang disiram garam, “megap-megap” kehabisan nafas. Dan, ketika mendapat kerugian sedikit saja, mereka mengeluh: “Waduh… Habislah saya. Saya tidak dapat menanggungnya!”, lalu melarikan diri.

Para pengusaha semacam itu ada dimana-mana, bagaikan jamur yang tumbuh dan berkembang, dimana perekonomian sedang berkembang dan menggelembung. Mereka ini hanya memiliki ambisi yang dibanggakan pada permukaan luarnya saja, tetapi tidak memiliki keyakinan yang cukup di dalam dirinya untuk bisa benar-benar meraih sukses.

Marilah kita merenungkan diri sejenak.

Dapatkah Anda menyangkal, bahwa banyak pikiran atau ide-ide buruk yang berkecamuk di dalam hati dan pikiran kita, tanpa dapat dicegah? Dan, walaupun pikiran-pikiran buruk tidak ada di dalam hati Anda, tetapi perasaan-perasaan yang menyuramkan hati kadang juga meluap tanpa dapat dicegah dan banyak memonopoli pikiran Anda, seperti: kesedihan, kemarahan, ketakutan, ataupun rasa pesimis. Dan ini seringkali membuat Anda “mati langkah”, tidak tahu harus bertindak bagaimana.

Cobalah untuk benar-benar memahami apa yang telah kita dengar, dan menghapuskan perasaan-perasaan buruk dari dalam hati, maka kita membangun kesehatan dan nasib secara benar, agar kita dapat hidup di dalam kehidupan yang layak.

Tidak peduli dengan apa yang telah Anda pelajari, Anda baca, seberapa banyak Anda mendatangi seminar, workshop, ataupun seberapa banyak pengalaman yang Anda miliki; saya sangat yakin, bahwa jika apa yang telah Anda peroleh itu tidak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, pastilah kebahagiaan sejati tidak akan Anda peroleh secara nyata.

Pada saat Anda membaca kenyataan yang saya utarakan dalam tulisan saya ini, mungkin Anda akan berterima kasih sambil berpikir di dalam hati: “Ya, memang benar begitu, Pak Wuryanano. Saya juga merasakan hal yang sama.” Akan tetapi pernyataan Anda itu seringkali segera terlupakan, setelah Anda tidur dan bangun pada keesokan harinya.

Atau bisa saja Anda dapat memahami kenyataan ini, tetapi karena suatu sebab Anda menjadi sakit, mengalami musibah dalam pekerjaan atau bisnis, atau Anda sedang menerima nasib buruk; maka kejadian negatif itu bisa membuat Anda melupakan pernyataan Anda sebelumnya, yang membenarkan uraian saya tentang kenyataan kebenaran hidup tersebut di atas.

Dalam hal ini, tidak dapat dikatakan bahwa mereka sudah menyadari kebenaran hidup, melainkan mereka hanya mengerti saja. Mengerti dan menyadari adalah dua hal yang sangat berbeda! “Mengerti” adalah hanya mengetahui saja, sedangkan yang dimaksud dengan “Menyadari” adalah benar-benar menerimanya dengan segenap hati dan jiwa. Umumnya Anda hanya tiba pada arti mengerti saja, berterima kasih ataupun merasakan kegembiraan yang amat sangat secara berlebihan, dan Anda menganggapnya sebagai kebahagiaan.

Menyadari adalah tindakan membuang pikiran-pikiran duniawi, dan keyakinan-keyakinan “membuta” tersebut, kemudian Anda menyimpannya sebagai bagian dalam pengetahuan Anda. Sehingga dengan kekuatan hati, maka Anda tidak akan pernah merasa lemah, meski Anda menghadapi nasib yang bagaimanapun juga.

Namun, jika hanya mengerti di permukaan saja, pikiran-pikiran duniawi dan keyakinan-keyakinan “membuta” masih tetap ada di dalam pikiran Anda. Sehingga sampai kapan pun Anda hanya sampai pada tahap mengerti saja, dan tidak dapat mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Hasilnya? Kehidupan Anda akan berakhir tanpa arti, dan pada saatnya Anda akan merasa: “Saya hanya makan, minum, dan buang air saja. Sepertinya hidup ini tidak berguna.”

Misalnya, pada suatu malam Anda tidak bisa tidur tanpa alasan jelas, maka timbul pikiran, “Wah…susah nih, tidak dapat tidur. Saya menderita insomnia.” Anda hanya mengerti dan berpikir, bahwa jika tidak cukup akan membawa pengaruh buruk, dan kerugian kesehatan dan nyawa. Anda mulai berpikir, “Jika tidak bisa tidur, rasa lelah pada badan akan semakin meningkat, sehingga terjadi kelebihan zat urea, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit sirosis hati atau penyakit ginjal.” Pikiran-pikiran yang mengkhawatirkan ini semakin lama tambah menyiksa diri.

Akan tetapi pada saat sama, orang yang benar-benar memiliki kesadaran diri, yakni yang telah berhasil membuang pikiran duniawi dan menghapus keyakinan “membuta”, maka perasaan hatinya penuh dengan optimisme.

Pada orang dengan kesadaran hidup, maka jika ada masalah, akan diselesaikan dengan segala pertimbangan. Sehingga, meskipun timbul pemikiran akan penyakit yang membahayakan jiwa atau mengalami nasib buruk; maka dalam hatinya ada kemampuan untuk menyembuhkannya sendiri. Ini merupakan hal amat penting dan tidak bisa diabaikan. Namun, banyak orang yang tidak mempedulikannya, akibatnya mereka jadi sembrono, mudah marah, sedih, takut, menderita, bingung, benci, kesakitan, dan penderitaan-penderitaan lainnya.

Sekali menyadari kebenaran hidup, maka Anda tidak akan mengalami ketidakharmonisan atau perasaan-perasaan negatif yang menghancurkan. Oleh karena itu, kesadaran akan kebenaran hidup sejati, dapat dikatakan sebagai “perisai baja” untuk mencegah “tangan jahat” yang bisa membuat kehidupan menjadi tidak harmonis, dan menghalangi nasib buruk yang bisa menghancurkan kehidupan.

Menyadari tentang kehidupan, adalah sama seperti menyediakan wadah untuk menerima dan menampung ketidakterbatasan kekuatan hidup dan keberlimpahan hidup. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan, terutama bagi mereka yang ingin hidup dalam kesempurnaan kebahagiaan sejati. Tetapi ini merupakan hal terpenting di atas segalanya dalam hidup, dan harus dipikirkan dengan serius.

Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Twitter: @Wuryanano

Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (263 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...

Leave a Comment

Your email address will not be published.