Sebagai seorang yang masih belajar di kehidupan ini, saya selalu berusaha untuk merasakan, mendengarkan maupun melihat berbagai macam fenomena yang ada di sekitar perjalanan hidup saya. Apapun fenomena yang terjadi di sekitar saya, selalu menarik untuk saya telaah lebih jauh, saya renungkan lebih dalam, demi meningkatkan kadar kualitas pembelajaran saya sendiri.
Berbagai macam orang dengan sifat, sikap, dan perangai berbeda sudah sering saya temui. Mulai orang yang sangat sabar, sangat cuek-masa bodoh, sangat pemalu, sangat pemarah, sangat konyol, sangat bodoh, sangat pintar, sangat cerdas, sampai dengan orang yang sangat “pas” kepribadian dirinya secara proporsional, enak, nyaman, santun, menyenangkan, dlsb… sudah pernah saya bertemu dan berbicara kepada mereka semuanya ini.
Saya senang mengajak bicara, “ngobrol ngalor-ngidul”atau “ngrumpi” segala macam topik ringan seputar kegiatan sehari-hari, kejadian sehari-hari yang sering mereka alami. Senang sekali mendengarkan mereka ini berbicara begitu semangat membara, menceritakan berbagai keberhasilan pencapaian keinginan-keinginannya. Kadang juga prihatin mendengarkan mereka yang cenderung berkeluh-kesah mengenai nasibnya yang kurang mujur menurutnya.
Sering juga saya geli mendengarkan mereka yang bercerita tentang nasibnya dengan gaya bertutur yang jenaka, tidak peduli nasibnya kurang beruntung, mereka yang jenaka ini tetap saja gaya berceritanya juga membuat saya geli. Kadang saya ikut mendengarkan kisah yang membuat jengkel dan marah, dari mereka yang memang punya sifat pemarah. Yaa, itulah salah satu kebiasaan dalam pergaulan saya selama ini. Bagi saya ini bisa sebagai “refreshing” sekaligus pembelajaran hidup juga.
Dari berbagai “ngrumpi” tersebut, saya melihat ada kesamaan dalam sifat mereka ini, yaitu senang membandingkan dirinya dengan orang lain. Menurut saya, nggak ada masalah jika kita membandingkan diri kita dengan orang lain, sepanjang itu positif dan proporsional, sesuai dengan kapasitas diri masing-masing.
Nah, berbicara mengenai kapasitas diri, banyak pengalaman menarik yang bisa saya ambil hikmahnya dari acara “ngrumpi” ini. Kebanyakan hal mengenai kapasitas diri ini, lebih cenderung bernada iri hati atas kemampuan dan keberhasilan orang lain dalam melakukan sesuatu hal yang belum pernah dilakukannya.
Mereka ini tidak mau menerima, bahwa orang lain dengan kapasitasnya masing-masing, secara proporsional mampu melakukan sesuatu hal, yang mereka ini belum pernah melakukannya. Tetapi begitu mereka melihat, bahwa orang itu bisa melakukannya secara mudah saja, maka satu kebiasaan yang paling sering diucapkan mereka adalah: “Wah…kalau begitu saja sih, saya juga bisa melakukannya.” “Haalah, gitu aja semua orang juga bisa.” “Saya sih sebenarnya juga bisa, tapi saya kan nggak mau saja.” “Oalah gitu saja ya, coba saya mau, ya pasti bisalah saya kerjakan.” Dan lain sebagainya…
Pernahkah Anda mendengar kalimat seperti tersebut tadi? Yaa, inilah yang saya maksudkan sebagai pembelajaran hidup bagi saya, mungkin juga bagi Anda. Bahkan, saya sudah menulis tiga buku bestseling yang diterbikan oleh penerbit besar nasional saja juga pernah mendapatkan komentar semacam tadi. “Yaa, kalau saya mau menulis buku, pastilah juga bisa diterbitkan oleh penerbit besar … cuma saya nggak mau menulis saja, nggak ada waktu!” Hehehe… ini sebuah contoh nyata dari kehidupan saya sendiri.
Yaa, inilah pembelajaran hidup itu. Kita semestinya menyadari, bahwa meskipun kita sudah melakukan suatu hal prestasi, entah itu prestasi kerja, prestasi bisnis, prestasi akademis, prestasi olah raga, prestasi kreativitas, prestasi keberanian, atau berbagai prestasi lainnya… disamping banyak orang mengakuinya dan memberikan penghargaan kepada kita, maka pastilah juga banyak orang yang tidak mau mengakui keberhasilan kita. Tidak semua orang bisa meng-apresiasi keberhasilan dan kompetensi diri kita. Inilah hal unik yang selalu saja ada di dalam diri sebagian orang … dan saya bisa belajar menjadi semakin baik dari fenomena ini.
Inilah fenomena itu, sebagian orang selalu MERASA BISA melakukan sesuatu hal, setelah melihat orang lain melakukannya secara mudah. Mereka yang “merasa bisa” ini, biasanya selalu memiliki rasa iri hati, menganggap dirinya pasti bisa melakukan apapun yang dilakukan oleh orang lain. Akhirnya, mereka yang punya sifat semacam ini juga punya kebiasaan menganggap ringan prestasi orang lain, bahkan bisa jadi mereka akan selalu mencela apapun prestasi yang telah ditorehkan oleh orang lain.
Mereka yang MERASA BISA ini, selalu meremehkan sebuah prestasi, hanya karena menganggap bahwa dirinya juga bisa melakukan hal yang sama, seperti yang telah dilakukan oleh orang lain itu. Tetapi, mereka ini lupa, bahwa mereka ini bisa dan berani melakukannya setelah melihat contoh dari orang lain yang telah melakukannya secara mudah. Mereka yang punya sifat “merasa bisa” ini TIDAK PERNAH BERANI MENGAWALI untuk melakukan sesuatu hal lebih dulu. Mereka ini SELALU MENUNGGU orang lain untuk melakukannya terlebih dulu sehingga berhasil, barulah kemudian mereka berteriak bahwa mereka juga bisa saja melakukannya persis seperti yang telah berhasil dilakukan orang lain itu.
Yaa, inilah kenyataan sifat negatif sebagian dari kita; bahwa setelah orang lain TERBUKTI BISA melakukan sesuatu dengan berhasil, maka mereka yang MERASA BISA ini pasti berkata bahwa mereka sebenarnya juga bisa melakukan hal yang sama. Mereka yang “merasa bisa” ini biasanya juga akan mencela, jika orang lain ternyata gagal melakukan sesuatu. Jadi mereka dengan sifat negatif “merasa bisa” ini selalu saja mencela, nggak peduli orang lain itu berhasil, lebih-lebih lagi jika orang lain itu gagal…pasti akan semakin mereka cela dan remehkan.
Penting untuk dipahami di sini adalah: MERASA BISA dan TERBUKTI BISA merupakan dua hal yang sangat berbeda maknanya. “Kalau Anda merasa bisa dan mampu melakukan seperti yang telah saya lakukan, kenapa Anda tidak melakukannya sebelum saya?” Hehehe… ini jawaban yang boleh Anda katakan, kalau ada seseorang yang usil berkomentar negatif dan meremehkan prestasi Anda.
Jika kita mau menghargai prestasi orang lain secara ikhlas, ikut senang melihat keberhasilan orang lain, menghormati kepeloporan orang lain secara tulus … saya yakin bahwa itu adalah suatu sifat yang sangat mulia. Oleh karenanya, itu bisa menunjukkan kerendahhatian kita dan kedewasaan berpikir serta luasnya wawasan kita, yang pada gilirannya sifat itu dengan pasti akan mengarahkan dan mengantarkan kita kepada tingkat kualitas pribadi yang unggul, suatu pribadi sukses sejati.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College