Adalah seorang pelajar pintar yang memperoleh beasiswa untuk melanjutkan kuliah di sebuah negara di Eropa.
Untuk menopang kebutuhan hidupnya, selain kuliah, dia harus mencari pekerjaan, karena beasiswa yang diterimanya dirasa kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Sehari-hari dia menggunakan transportasi umum, yang mengantarkannya ke kampus tempatnya kuliah.
Saat menggunakan transportasi umum, dia memperhatikan bahwa sistem transportasi tersebut menggunakan sistem otomatis, artinya kita membeli tiket sesuai dengan tujuan melalui sebuah mesin. Di setiap perhentian kendaraan umum, selalu pakai cara “self-service” dan jarang sekali diperiksa petugas. Bahkan pemeriksaan secara insidentil oleh petugas pun hampir tidak ada.
Pelajar pintar tersebut mencermati sistem otomatis itu. Dan, akhirnya dia melihat ada kelemahan pada sistem otomatisnya. Setelah dia menemukan kelemahan sistem ini, dengan kelicikannya, dia sudah memperhitungkan bahwa kemungkinan tertangkap petugas karena tidak beli tiket adalah sangat kecil.
Sejak itu, dia selalu naik kendaraan umum dengan tidak membayar tiket. Dia bahkan merasa bangga atas kepintarannya. Dia juga menghibur dirinya karena dia menganggap dirinya adalah pelajar miskin, dan kalau bisa menghemat biaya secara irit ya irit. Kalau toh sampai ketahuan petugas, dia kan bisa berkilah bahwa dia tidak paham sistemnya.
Namun, dia tidak sadar bahwa dia sedang melakukan kesalahan fatal yang akan mempengaruhi karirnya kelak.
Setelah 4 tahun berlalu, dia berhasil lulus dari Universitas dan Fakultas yang ternama dengan nilai angka yang sangat bagus, lulus dengan predikat Cum Laude! Menjadi seorang Sarjana!
Ini membuat dirinya penuh dengan keyakinan akan masa depannya nanti. Dia mulai membuat surat permohonan kerja di perusahan yang ternama dengan keyakinan besar pasti diterima, karena dia adalah seorang Sarjana Terbaik… Lulusan Cum Laude…
Pada mulanya, semua perusahan yang dikirimi surat permohonan kerja ini menyambut dia dengan hangat.
Namun berapa hari kemudian… Semuanya menolak dia untuk berkerja di perusahaan itu.
Tentu saja kegagalan yang terjadi berulang kali itu membuat dia sangat marah. Dia mulai menganggap perusahaan-perusahaan ini rasis, tidak mau terima warga negara asing. Akhirnya, dia memaksa masuk ke departemen tenaga kerja untuk bertemu dengan managernya. Dia ingin tahu, apa alasan perusahaan menolak dia bekerja di sana.
Ternyata, penjelasan Manager dari departemen tenaga kerja, sangat di luar persangkaan dia.
Berikut ini adalah dialog mereka.
Manager: “Saudara, kami sesungguhnya tidak rasis, sebaliknya kami sangat mementingkan dirimu. Pada saat anda mohon bekerja di perusahaan, kami terkesan dengan pendidikan dan pencapaian anda. Sesungguhnya, berdasarkan kemampuan, anda sebenarnya pekerja yang kami cari-cari.”
Sarjana: “Kalau begitu, kenapa perusahaan-perusahaan itu tidak menerima aku bekerja?”
Manager: “Karena kami periksa sejarahmu, ternyata anda pernah tiga kali kena sanksi tidak membayar tiket saat naik kendaraan umum.”
Sarjana: “Aku mengakuinya, tapi masa karena perkara kecil ini, perusahaan menolak pekerja yang mahir, ahli di bidangnya, dan banyak sekali tulisannya terbit di berbagai koran dan majalah?”
Manager: “Perkara kecil kata anda? Kami tidak menganggap ini perkara kecil. Kami perhatikan pertama kali anda melanggar hukum terjadi di minggu pertama anda masuk di negara ini. Petugas percaya dengan penjelasan bahwa anda masih belum mengerti sistem pembayaran otomatis di negara kami. Waktu itu anda diampuni, tapi anda tertangkap 2 kali lagi setelah itu.”
Sarjana: “Ooh karena tidak ada uang kecil saat itu.”
Manager: “Tidak, tidak. Kami tidak bisa terima penjelasan anda. Jangan anggap kami bodoh. Kami yakin anda telah melakukan penipuan ratusan kali sebelum tertangkap.”
Sarjana: “Tapi itu kan bukan kesalahan mematikan? Kenapa harus begitu serius? Lain kali saya kan masih bisa berubah lebih baik.”
Manager: “Saya tidak menganggapnya begitu. Perbuatan anda telah membuktikan dua hal:
- Anda tidak mengikuti peraturan yang ada. Anda pintar mencari kelemahan dalam peraturan dan memanfaatkannya untuk diri sendiri.
- Anda tidak bisa dipercaya. Banyak pekerjaan di perusahaan kami yang bergantung pada kepercayaan. Jika anda diberikan tanggung jawab atas pekerjaan di sebuah wilayah, maka anda akan diberikan kuasa yang besar. Kami tidak sanggup memakai sistem kontrol untuk mengawasi pekerjaanmu, karena itu akan menghabiskan biaya yang sangat besar. Perusahan kami mirip dengan sistem transportasi di negera ini. Oleh sebab itu, kami tidak bisa memakai anda sebagai pegawai perusahaan kami. Saya berani katakan, di negara kami bahkan seluruh negara Eropa, tidak ada perusahan yang mau menerima anda sebagai pegawainya.”
Pada saat itu, Sarjana Cum Laude ini seperti bangun dari mimpinya dan sangat menyesal. Perkataan terakhir manager itu membuat hatinya gentar, bahwa seluruh negara di Eropa dipastikan tidak akan menerimanya bekerja di sana.
Sahabatku…
Sehebat apa pun kepandaian seseorang, jika moral dan etikanya sangat rendah, itu akan membawanya ke lembah nista terdalam dalam kehidupan ini. Inteligensi setinggi apa pun atau kepintaran bagaimana pun tidak akan bisa menolong etika yang buruk.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College