1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (395 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...
Published on: June 29, 2007 - 7:00 PM

Punya HAPPY PROBLEM..? Waspadalah..!

Saya kadang-kadang ketemu Entrepreneur, yang dengan bangga menceritakan bahwa dia memiliki masalah tapi sebuah masalah yang bisa membuatnya senang bahkan masalah itu bisa mendatangkan uang … masalah itu sering disebut sebagai HAPPY PROBLEM. Benarkah “Happy Problem” ini bisa membuat senang, dan mendatangkan uang berlimpah? Jawabnya… Yaa belum tentu, itu sangat bergantung pada bagaimana cara kita bisa menangani si Happy Problem ini dengan baik dan benar.

Saya punya pengalaman, saat memesan busana seragam pegawai perusahaan saya ke seorang pengusaha garment. Saat ketemu pada awalnya, dia bercerita panjang lebar tentang bisnis garment nya yang dipercaya oleh banyak perusahaan besar. Dia memang khusus membuat busana seragam pegawai sesuai dengan permintaan perusahaan… dan dijamin pasti bagus, baik dari sisi model, kualitas jahitan, kualitas bahan, maupun pelayanan ke konsumennya, begitu katanya. Banyak sekali perusahaan yang pesan busana seragam pegawai ke dia ini, bahkan dia pun cerita sering kali punya HAPPY PROBLEM, akibat banyaknya pesanan busana seragam dari berbagai perusahaan…

Ok, saya jadi pesan beberapa model busana seragam untuk pegawai perusahaan saya. Berbagai contoh model busana seragam diperlihatkan ke saya, dan saya memilih beberapa diantaranya. Kemudian dilakukan pengukuran agar sesuai dengan besar kecil tubuh para pegawai saya, termasuk mengukur tubuh saya juga. Dia berjanji dalam tempo 2 minggu, pesanan seragam pegawai saya ini dipastikan sudah selesai sempurna.

Dan memang benar, dia mengirimkan seragam pegawai pesanan saya ini sesuai dengan waktu yang dijanjikan 2 minggu pasti selesai. Tepat waktu! Saya minta para pegawai saya untuk langsung mencoba satu demi satu model seragam yang saya pesan itu. Saya pun mencoba nya. Lalu apa yang terjadi? Grubyaak!!! Semua model seragam TIDAK PAS DIPAKAI, alias pada saat dipakai, seragam ini tidak nyaman di tubuh. Jika dilihat sebelum dipakai… kelihatan bagus! Tapi pada saat dipakai… waduuhh… nggak nyaman sama sekali, akibat jahitan yang tidak sinkron, melenceng dari alur tubuh, sehingga tentu saja nggak nyaman dirasakan dan kelihatan jelek karena bajunya jadi berkerut-merut…belum lagi pemasangan kancing bajunya yang tidak pas di lubang kancingnya. Waduuhh…

Akhirnya, saya perintahkan salah satu pegawai saya untuk mengurus complaint ke pengusaha garment ini, bahwa busana seragam buatannya nggak nyaman dipakai…semuanya melenceng dari alur tubuh pemakainya. Apa jawaban si pengusaha garment? Eeh dia malah marah-marah ke pegawai saya itu… katanya itu seragam sudah bagus sekali. Buusyeet… katanya dulu pelayanannya bagus, kok malah marah-marah setelah di complaint…walah-walah… sampai terjadi perang urat syaraf antara dia dengan pegawai saya itu. Singkatnya, akhirnya si pengusaha garment mau memperbaiki seragam tersebut… janji satu minggu lagi selesai. OK.

Setelah satu minggu, seragam pegawai yang sudah diperbaiki memang dikirimkan ke kantor saya. Dan, langsung dicoba pakai lagi oleh pegawai saya… dan…masih tetap tidak nyaman dipakai! Seragamnya masih melenceng-melintir dari alur tubuh, dan tetap kelihatan berkerut-merut akibat tidak sesuai alur tubuh, meskipun tidak separah awal dulu sebelum diperbaiki. Pegawai saya complaint lagi, dan terjadi lagi perang urat-syaraf… Gruubyaak… kok gitu sih cara bisnisnya? Singkatnya dia mau memperbaiki lagi, dan butuh waktu satu minggu lagi. Waduuh!

Yaa sudahlah, saya mencoba bersabar saja, jika bisa sabar katanya dapat pahala dari ALLAH. Ok, setelah satu minggu lagi, busana seragam pesanan saya ini diantarkan ke kantor saya untuk langsung dicoba kembali. Dan… ternyata masih saja tidak bisa nyaman dipakai, bahkan beberapa bekas tambal sulam jahitannya kelihatan jelek. Benar-benar nggak profesional nih si pengusaha garment! Dari sisi waktu saja sudah molor jadi satu bulan (4 minggu) dari janji awal yang hanya 2 minggu pasti jadi seragam bagus… ternyata jadinya malah nggak bagus, dan nggak nyaman secara lahir maupun batin… haalah!

Meskipun si pengusaha garment ini mau (pasti secara terpaksa) memperbaiki seragam pesanan khusus, tapi saya sudah nggak bakal mau pesan busana ke dia lagi untuk masa mendatang. Saya pun nggak bakal memberikan rekomendasi pesan busana buatannya ke rekan-rekan pengusaha lainnya. Saya pastikan CUKUP SATU KALI SAJA pesan seragam ke dia ini. KAPOK…

Nah, dari sini saja, si pengusaha garment pasti sudah berpotensi untuk kehilangan omzet, yang semakin hari omzetnya semakin hilang dalam jumlah semakin besar…akibat HAPPY PROBLEM yang tidak mampu ditanganinya secara baik dan benar! Dan jika dia tidak memperbaiki manajemen secara keseluruhan, maka saya bisa pastikan bisnis garmentnya akan tutup selamanya. Dia akan memulai bisnisnya lagi dari Titik Minus… bukan lagi dari Titik Nol

Dan memulai bisnis lagi dari Titik Minus setelah namanya rusak, adalah jauh lebih sulit! Harus ada usaha membersihkan nama baik, yang mana hal itu butuh dana besar. So…jika yang terjadi seperti ini, maka “Happy Problem” bukan malah mendatangkan kesenangan apalagi uang, tapi sebaliknya… Happy Problem yang tidak ditangani dengan baik secara profesional bisnis…akan membuat bisnis Anda jatuh ambruk, dan sulit bangun lagi, karena nama sudah tercemar.

Ada lagi kisah nyata pengusaha Catering, yang sudah memiliki pelanggan di banyak perusahaan. Menu makanannya untuk makan siang sangat enak dan beragam-variatif… dengan harga per porsi yang sangat kompetitif. Dia ini dalam sehari rata-rata bisa meraih omzet 1000 porsi makan siang.

Pada suatu ketika, si pengusaha Catering ini semakin bersemangat, karena dia baru saja memperoleh pesanan Catering makan siang dari perusahaan lainnya, yang direkomendasikan oleh perusahaan relasinya. Dan akhirnya omzetnya mulai saat itu meningkat jadi 3 kali lipat, yang sebelumnya hanya 1000 porsi makan siang, maka sekarang menjadi 3000 porsi makan siang per hari!!

Apa yang terjadi? Ternyata setelah omzet nya menjadi 3000 porsi tersebut, rasa makanannya menjadi tidak enak, dan menunya tidak bervariasi lagi. Sudah tidak enak dan monoton lagi. Akhirnya perusahaan-perusahaan tersebut membatalkan kontrak nya dengan pengusaha Catering ini. Bahkan perusahaan-perusahaan relasi lamanya, yang sudah bertahun-tahun memesan menu makan siang untuk pegawainya…juga memutuskan hubungan karena rasa masakannya menjadi tidak enak dan tidak cocok lagi di lidah… dan tidak bervariasi lagi, bikin bosan. Sudah tidak enak… bikin bosan lagi… waduh… Akibatnya bisa diduga, perusahaan Catering ini akhirnya harus tutup, dan mencoba memulai lagi dari Titik Minus, bukan lagi dari Titik Nol.

Hal itu bisa terjadi karena ketidaksiapan pengusaha tersebut menanganinya secara baik dan profesional… pada saat terjadi kenaikan omzet pesanan, pada saat terjadi HAPPY PROBLEM. akhirnya jadi problem betul. Mereka ini biasanya kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga tidak sanggup mengatasi lonjakan pesanan dari para relasi baru. Akibatnya, hasil produksinya menjadi menurun dari segi kualitas maupun pelayanannya, sehingga terkesan pokoknya asal jadi saja… dan asal kirim saja.

Meraih Omzet Besar memang bagus buat bisnis Anda, tapi tetap harus waspada dengan kemampuan bisnis Anda… sudahkan Anda sanggup menanganinya secara baik dan profesional? Buat apa omzet besar di awal, jika akhirnya harus tutup bisnisnya. Hati-hati dengan HAPPY PROBLEM yang menimpa Anda. Namanya juga HAPPY PROBLEM, jika tidak ditangani secara baik, maka akan menimbulkan PROBLEM… tapi jika Anda bisa menanganinya dengan baik dan profesional, maka itu memang pasti membuat Anda HAPPY.

Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Twitter: @Wuryanano

Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (395 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...

1 thought on “Punya HAPPY PROBLEM..? Waspadalah..!”

  1. Jika dalam satu menit kita marah kepada seseorang. Artinya kita kehilangan 60 detik kebahagiaan yang tak dapat di raih kembali.

    Banyak sudah contoh dari mereka2 yang sudah meraih sukses luar biasa, namun lupa menjaganya…padahal menjaga nama itu jauh lebih sulit, sama halnya dengan menjaga kualitas itu yang kadang terlupakan, akhirnya grade kita jadi turun.

    Semoga ini tidak terjadi dalam kehidupan kita semua.
    Salam inspirasi

Leave a Comment

Your email address will not be published.