Loading...
Peningkatan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan daya saing UKM tergantung pada keefektifan pengelolaan pengetahuan dan teknologi. Adapun ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan dari knowledge perorangan yang harus dikelola agar menjadi knowledge perusahaan, yang akhirnya knowledge menjadi aset perusahaan. Knowledge merupakan pengalaman, informasi tekstual, dan pendapat para pakar pada bidangnya, oleh karena itu suatu perusahaan akan berkelanjutan apabila menggunakan informasi atau pengalaman tersebut guna terciptanya kompetensi perusahaan bersangkutan.
UKM sebagai suatu perusahaan adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari perannya dalam pertumbuhan ekonomi nasional, produk domestik bruto (PDB) yang diciptakan, nilai tambah nasional, serta penyerapan tenaga kerja. Sementara itu, dalam era ekonomi global saat ini, UKM dituntut untuk melakukan perubahan guna meningkatkan daya saingnya. Salah satu faktor penting yang akan menentukan daya saing UKM adalah memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi (TI).
Faktor penghambat utama penggunaan TI di UKM adalah keterbatasan sumber daya, baik keuangan maupun manusia. Selain itu, UKM secara signifikan juga belum merasakan dampak dari adanya dukungan pemerintah, baik financial maupun non finansial.
Dengan jumlah tenaga kerja, pangsa pasar, serta produksi yang tergolong minim terlihat bahwa UKM memiliki keterbatasan dari berbagai aspek, khususnya dana. Akan tetapi UKM tetap berusaha untuk bertahan dan tetap berproduksi. Karena keterbatasan dana yang minim, maka kemampuan UKM untuk mempromosikan produknya juga sangat minim.
Oleh sebab itu UKM membutuhkan upaya komunikasi pemasaran tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan dana, seperti sering kita lihat; membuat iklan yang ditempelkan pada pohon dan tiang listrik. Namun demikian, ada beberapa produk perusahaan berskala UKM dengan target pasar tidak hanya lokal maupun regional melainkan nasional bahkan internasional, sehingga mengharuskan perusahaan tersebut untuk melakukan komunikasi pemasaran yang efektif dengan budget yang minimum.
Keterbatasan dana dalam komunikasi pemasaran menyebabkan usaha -usaha dari kalangan UKM sering kali mengalami hambatan dalam menjangkau konsumen yang lebih luas, seperti halnya yang mampu dilakukan oleh perusahaan berskala besar. Perusahaan berskala kecil menggunakan upaya komunikasi pemasaran yang masih sederhana melalui komunikasi pemasaran ‘getok tular’. Menurut hasil survei Bappenas (2005) terhadap UKM di Jawa, strategi dari mulut ke mulut merupakan alat promosi yang jitu atau banyak diandalkan komunitas bisnis setempat. Seperti halnya di Jawa Timur, 91% UKM tersebut mengandalkan propaganda dari mulut ke mulut.
Komunikasi pemasaran word of mouth terasa mendominasi dalam UKM karena merupakan suatu komunikasi pemasaran yang tidak menggunakan biaya besar seperti halnya iklan, karena komunikasi pemasaran ini bergantung pada penyebaran informasi dari seseorang kepada yang lain. Dalam hal ini, cerita positif antara seorang konsumen ke calon konsumen lainnya menjadi kekuatan bagi komunikasi word of mouth yang secara dominan digunakan oleh perusahaan berskala UKM tersebut.
Terlepas dari keterbatasan UKM dalam melakukan komunikasi pemasaran, sehingga word of mouth tampak mendominasi dalam komunikasi pemasaran UKM, maka UKM harus melakukan upaya komunikasi pemasaran lainnya. Upaya komunikasi pemasaran tersebut tentu dengan mempertimbangkan dana yang mereka miliki, yang tidak memberatkan biaya operasional UKM. Dan, sebuah pilihan komunikasi pemasaran yang sudah harus dipahami dan dilakukan oleh pebisnis UKM adalah pemasaran lewat media internet, yang disebut dengan sebutan On-Line Marketing.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College