Loyalitas di perusahaan swasta menjadi perhatian besar di semua tingkat. Terdapat kebutuhan nyata akan kerahasiaan — untuk melindungi informasi kepemilikan, seperti penetapan harga, pengembangan produk, strategi pemasaran, dan daftar pelanggan — tetapi, tidak ada mekanisme untuk memaksakan hal-hal itu, selain pemecatan dan mungkin tuntutan hukum setelah timbul kerugian.
Bisa saja pegawai menandatangani secarik kertas bermaterai cukup, dan berjanji tidak akan bekerja bagi pesaing setelah meninggalkan perusahaan; tapi kita tahu bahwa perjanjian semacam itu tidak berlaku di pengadilan, karena seseorang Tidak Dapat Dicabut Haknya untuk mencari nafkah. Sumpah kesetiaan sudah tidak diperbolehkan (seolah-olah loyalitas dapat dipaksakan).
Para pegawai terbaik perusahaan selalu dicari-cari oleh pesaing, dan jika mereka tiba-tiba berhenti bekerja, maka manajemen puncak akan sulit tidur. Sebagai contoh, manajer yang mengundurkan diri bukan saja akan membawa informasi berharga bersamanya, tapi juga dapat membawa keluar sejumlah pegawai bersamanya — sebuah loyalitas pada tingkat pribadi, BUKAN pada tingkat kelembagaan.
Kejahatan pencurian internal juga mendapat perhatian besar dalam bisnis. Toko pengecer kehilangan lebih banyak barang dagangan karena pencurian yang dilakukan oleh pegawai sendiri, daripada oleh pelanggan yang mengutil. Sistem kamera CCTV harus dipasang untuk memata-matai pegawai. Yang bekerja di counter, ada kemungkinan memberikan harga lebih rendah dari harga seharusnya, atas barang-barang yang dibeli oleh teman-teman mereka. Atau untuk mengawasi kendaraan yang keluar dari gudang dengan muatan barang-barang perusahaan. Pembelian pribadi, dibukukan sebagai “biaya” oleh pegawai yang jahat, menganggap perusahaan dapat menanggungnya. Itulah contoh-contoh ketidakjujuran dasar. Hal penyalahgunaan semacam itu sangat jarang terjadi di lingkungan yang mendapat LOYALITAS dari pegawainya.
LOYALITAS dapat diciptakan dalam perusahaan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
- Pertama. Perusahaan harus membangun, menetapkan dan menciptakan kondisi perpaduan antara KEBANGGAAN dan RASA TERIMA KASIH untuk RASA MEMILIKI ada di setiap hati pegawai.
- Kedua. STANDAR PEKERJAAN HARUS TINGGI., pelatihan yang diberikan harus yang terbaik. Kalau pun fasilitas ini tidak sepadan dengan perusahaan serupa industri besar, maka semua pegawai harus merasa seolah-olah bekerja bagi perusahaan terbaik di bisnis itu.
- Ketiga. Konsep TIM harus diterapkan di seluruh jajaran lini bawah perusahaan. Setiap pegawai selalu terkait antara satu dengan lainnya. Mereka bekerja keras untuk sesama mereka.
- Keempat. Konsep EMOSIONAL KEKELUARGAAN harus diresapi oleh setiap pegawai. Pegawai yang telah dibantu dalam keadaan darurat, atau yang dihargai kinerjanya di depan umum, atau yang dilindungi pada saat melakukan kesalahan, atau yang mendapat dukungan emosional saat mengalami masa sulit — tidak akan pernah melupakan hal itu. Ketika seorang “headhunter” menghubunginya dengan menawarkan posisi yang lebih menarik di tempat lain, ia akan merasa seolah diminta meninggalkan keluarganya. Ketika muncul godaan untuk menggelembungkan laporan biaya yang tidak seharusnya, ia akan teringat kebaikan di lingkungan “keluarganya”, dan segera merobek laporan curang itu. Jika ia diminta bekerja lembur untuk membantu atasannya menghadapi tenggat waktu, dengan senang hati ia bersedia tanpa pamrih.
Demikian sedikit ilustrasi mengenai pentingnya loyalitas di dalam perusahaan yang Anda pimpin. Semoga dapat menambah manfaat dalam manajemen perusahaan Anda.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College