Kidung Wahyu Kalaseba atau seringkali ditulis dengan ejaan Kidung Wahyu Kolosebo adalah karya sastra, yang selama ini sering diinfokan di berbagai media bahwa Kidung itu diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, salah seorang Walisongo pada zaman peralihan Majapahit (Hindu-Buddha) ke Demak Bintara (Islam).
Namun berdasarkan info terbaru, ternyata Kidung tersebut BUKAN karya Sunan Kalijaga, melainkan diciptakan oleh seorang budayawan asal Weru, Sukoharjo, bernama Sri Narendra Kalaseba. “Kidung Wahyu Kalaseba saya ciptakan memakan waktu sembilan tahun, sejak tahun 2004 sampai 2012,” kata si pencipta Kidung Wahyu Kalaseba, yang secara resmi diluncurkan pada Juli 2014 itu.
Kidung Wahyu Kalaseba memiliki muatan spiritual, berisi ajaran kepada umat manusia yang ingin mengetahui kesejatian hidup.
Wahyu adalah pesan dari langit yang disampaikan Tuhan kepada umat-Nya. Dalam Islam, wahyu diberikan kepada nabi yang berisi petunjuk-petunjuk hidup, yang kemudian dibukukan dalam bentuk kitab suci.
Dalam ajaran Kejawen, wahyu identik dengan pesan dari Tuhan kepada umat manusia, berisi ajaran-ajaran agar manusia dapat hidup sesuai dengan kebaikan, kebajikan dan kebenaran.
Kala artinya adalah waktu. Dalam tradisi, mitologi dan sejarah Jawa, Bathara Kala merujuk pada penguasa waktu.
Seba maknanya adalah menghadap. Dalam istilah modern, seba merujuk pada tempat seperti paseban atau tempat untuk menghadap raja. Dalam konteks mistisme-spiritualisme Jawa, seba identik dengan menghadap kepada Yang Maha Kuasa, dalam Islam adalah Allah.
Menurut pengertian di atas, Wahyu Kalaseba adalah petunjuk agar manusia dapat menghadap kepada Sang Maha Kuasa. Maka lagu atau kidung ini sangat identik dengan spiritualisme Islam berbaur nuansa mistisme Jawa.
Berikut adalah arti dan makna Kidung Wahyu Kalaseba yang berisi tuntunan untuk umat manusia, agar bisa menemukan kesejatian hidup.
Lirik Kidung Wahyu Kolosebo:
Rumeksa ingsun laku nista ngaya wara
Kujaga diri dari perbuatan nista dan sesuka hati
Kelawan mekak hawa, haws kang dur angkara
Dengan mengendalikan hawa, hawa nafsu angkara
Senadyan setan gentayangan, tansah gawe rubeda
Meski setan bergentayangan, selalu membuat gangguan
Hingga pupusing jaman
Sampai akhir zaman
***
Hameteg ingsun nyirep geni wisa murka
Sekuat tenaga saya memadamkan api, bisanya kemurkaan
Maper hardening panca, saben ulesing netra
Mengendalikan panca (lima) indera dalam setiap kedipan mata
Linambaran sih kawelasan, ingkang paring kamulyan
Dilandasi rasa welas asih Sang Pemberi Kemuliaan
Sang Hyang Jati Pengeran
Sang Maha Sejati Tuhan
Jiwangga kalbu, samudra pepuntaning laku
Bertahta di kalbu, samudera pemandu perbuatan
Tumuju dateng Gusti, Dzat Kang Amurba Dumadi
Menuju kepada Tuhan, Dzat yang tidak ada asalnya
Manunggaling kawula Gusti, krenteg ati bakal dumadi
Menyatunya hamba dengan Tuhan, kehendak hati akan terjadi
Mukti ingsun, tanpa piranti
Saya jaya, tanpa syarat (alat)
***
Sumebyar ing sukma madu sarining perwita
Menyebar ke jiwa madu sarinya perwita
Maneka warna prada, mbangun praja sampurna
Aneka warna prada, membangun diri yang sempurna
– Prada adalah guratan tinta emas pada kain batik
Sengkala tida muksa, kalabendu nyata sirna
Kesialan pasti musnah, musibah matapetaka nyata hilang
Tyasing rasa mardika
Timbullah rasa merdeka atau bebas
Mugiya den sedya pusaka Kalimasada
Semoga dengan ucapan pusaka kalimat syahadat
Yekti dadi mustika, sajeroning jiwa raga
Benar-benar jadi mustika di dalam jiwa raga
Beja mulya waskita, digdaya bawa leksana
Beruntung mulia waskita (memahami dan mengerti), digdaya (sakti mandraguna), dan berwibawa
Byar manjing sigra-sigra
Gebyar terwujud gilang-gemilang
Ampuh sepuh wutuh, tan kena isa paneluh
Hebat sejati utuh, tidak bisa disantet (diteluh)
Gagah bungah sumringah, ndadar ing wayah-wayah
Gagah riang gembira, merekah di sepanjang waktu
Satriya tata sembada, Wiratama katon sewu kartika
Kesatria luhur, Pejuang seperti seribu bintang
Kataman Wahyu … Kalaseba
Tertimpa (mendapatkan) Wahyu Kalaseba
***
Memuji ingsun kanthi suwita linuhung
Saya memuji dengan menghadap maha tinggi
Segara ganda arum, suhrep dupa kumelun
Laut berbau harum seperti dupa semerbak
Tinulah niat ingsun, hangidung sabda kang luhur
Mengolah niat saya, mengidung (melantunkan) sabda (kata-kata) yang luhur
Titahing Sang Hyang Agung
Perintahnya Sang Maha Agung
Rembesing tresna, tandha luhing netra rasa
Merembesnya kasih sayang, pertanda air mata rasa
Rasa rasaning ati, kadya tirta kang suci
Rasa perasaan hati, seperti air yang suci
Kawistara japa mantra, kondang dadi pepadang
Diwujudkan ucapan mantra, hebat jadi penerang
Palilahing Sang Hyang Wenang
Ridhanya Sang Maha Berwenang
Nawa dewa jawata, tali santika bawana
Sembilan wujud dewa, tali kekuatan dunia (semesta)
Prasida sidhikara, ing sasana asmaralaya
Abadi memuji di singgasana surga
Sri Narendra Kalaseba, winisuda ing gegana
Sang Raja Kalaseba, diwisuda di angkasa
Datan gingsir … sewu warsa
Tidak akan tenggelam (lengser) … seribu tahun
Demikian sekilas uraian Kidung Wahyu Kalaseba.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College
Twitter: @Wuryanano