Era Perdagangan Bebas telah melahirkan blok-blok perdagangan di tingkat global maupun regional. Lahirnya World Trade Organization (WTO) pada tingkat global, dan ASEAN Free Trade Area (AFTA), yang akhirnya mengarah pada ASEAN Economic Community (AEC) di tingkat regional, merupakan indikasi signifikan globalisasi perdagangan dunia, termasuk di dalamnya globalisasi tenaga kerja.
ASEAN Economic Community (AEC) atau disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga menghendaki barang, jasa, modal, dan investasi bergerak bebas melewati batas negara anggota MEA. Sayangnya, tenaga kerja tidak trampil, yang menjadi “kekuatan” Indonesia, tidak termasuk sektor tenaga kerja yang dibebaskan bergerak dalam MEA. Rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia ini disebabkan oleh rendahnya kompetensi. Kondisi yang demikian ini dipicu juga oleh adanya kesenjangan antara “supply” dan “demand” secara kuantitatif dan kualitatif.
Memang, MEA yang segera berlaku di akhir tahun 2015 ini, mengkhawatirkan para pelaku usaha di Indonesia termasuk saya, khususnya yang bergerak di level UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Seberapa efektif sebuah organisasi memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, dibandingkan dengan organisasi-organisasi lainnya di dunia, yang juga menawarkan barang dan jasa yang sama? Memunculkan Daya Saing secara global inilah yang menjadi “pekerjaan rumah” para pelaku usaha di Indonesia.
Situasi bisnis saat ini memang terasa berat, adanya depresiasi Rupiah sekitar 25% sejak akhir 2013 dan sepertinya ada kecenderungan Rupiah terus melemah. Belum lagi dari sisi birokrasi pemerintahan kita yang sepertinya masih tetap kurang pelayanannya / kurang memudahkan terhadap usaha khususnya dunia UKM.
Beberapa tantangan yang akan kita hadapi saat AEC atau MEA, dipandang dari berbagai aspek, dapat saya gambarkan sebagai berikut:
- PRODUK
- Kualitas dan Standardisasi.
- Isu global (green product).
- Kreativitas dan inovasi (nilai budaya, hand made, sentuhan teknologi).
- Karakteristik global/sesuai selera pasar.
- KEBIJAKAN/REGULASI
- Harmonisasi kebijakan/regulasi yang mendukung pelaku usaha dalam peningkatan daya saing, dan pengembangan bisnisnya.
- INFRASTRUKTUR/SARANA-PRASARANA
- Ketersediaan dan kualitas infrastruktur/sarana, serta prasarana pemasaran yang lebih baik.
- PELAKU USAHA
- Persepsi terhadap peluang MEA terbatas, dan memandang besarnya pasar domestik, yang mendorong pelaku usaha memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pasar tersebut.
- Kapasitas daya saing pelaku usaha dan tenaga kerjanya.
- Kemampuan usaha agar mampu memanfaatkan fasilitas sumber daya yang ada.
Perlu diingat bahwa pasca era reformasi memang mendatangkan banyak perubahan di segala sektor kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di dalamnya adalah adanya penentuan otonomi daerah dalam rangka mempercepat pembangunan di daerah, yang dampaknya sebagian justru menjadikan penguasa daerah menjadi raja-raja kecil, dan cenderung mementingkan kelompoknya sendiri.
Bagaimana pun juga, kita tidak mungkin membendung perkembangan globalisasi yang berjalan sangat cepat dalam segala bidang. Perekonomian dunia yang tidak seimbang, merupakan dampak buruk dari globalisasi. Ini kenyataan yang harus kita maklumi dan sadari, bahwa kalau kita masih ingin eksis di dunia bisnis, bagaimana pun kita tetap harus mampu meningkatkan daya saing bisnis kita terhadap persaingan global yang pasti terjadi.
Sebagai catatan, mengapa beberapa organisasi gagal dalam meningkatkan daya saing, sebagai berikut:
- Terlalu menekankan pada kinerja keuangan jangka pendek.
- Gagal mengambil keuntungan dari kekuatan dan kesempatan-kesempatan.
- Gagal mengenali ancaman daya saing.
- Gagal mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan konsumen.
- Melalaikan strategi eksekusi/operasi.
- Terlalu menekankan pada desain produk dan jasa, serta tidak cukup perbaikan (improvement).
- Gagal berkomunikasi secara internal.
- Kurangnya Kualitas Kepemimpinan dan Profesionalisme Kerja.
- Melalaikan investasi pada sumber daya manusia.
Beberapa tantangan terhadap bisnis kita dari AEC atau MEA seperti yang saya ungkapkan di atas tersebut, dapat menjadikan pertimbangan bagi Anda, khususnya pelaku usaha UKM, agar dapat segera berbenah diri dan menyikapi secara positif dan optimis menjelang berlakunya ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN di akhir tahun 2015 ini.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College