Ilmu kanuragan selalu melekat pada kehidupan masyarakat Jawa pada zaman dulu. Selain untuk perlidungan diri, juga berguna untuk meningkatkan derajat seseorang.
Ada satu ilmu kejawen sangat terkenal di Tanah Jawa, yakni Ajian Waringin Sungsang. Ajian ini bisa dikatakan menjadi salah satu ajian paling hebat dalam dunia persilatan.
Ajian Waringin Sungsang memiliki efek sangat mematikan. Siapa yang terkena ajian ini, akan terserap energi kesaktiannya dan mengalami lumpuh hingga akhirnya roboh tidak berdaya. Dengan memiliki ajian ini muncul energi pertahanan kekuatan tubuh yang sangat hebat. Maka, para pendekar yang memiliki Ajian Waringin Sungsang ini bisa dipastikan disegani kawan sesama pendekar maupun musuh.
Ajian Waringin Sungsang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Dia juga menciptakan banyak ilmu kedigdayaan lainnya.
Satu alasan logisnya adalah pada masa itu banyak kejahatan dari golongan pendekar beraliran ilmu hitam, dan banyaknya ahli sihir mempraktekkan ilmu-ilmu sihir dengan menggunakan kekuatan jahat. Mereka berkuasa dan ditakuti oleh masyarakat awam.
Untuk menaklukkan kalangan pendekar berilmu hitam, dan meyakinkan masyarakat umum bahwa sumber kekuatan ilmu kanuragan tetap dari Tuhan Yang Maha Kuasa, maka Sunan Kalijaga menciptakan ilmu-ilmu kadigdayan yang religius dan menyertakan nama Tuhan.
Ajian Waringin Sungsang memiliki falsafah mendalam. Waringin Sungsang berarti Pohon Beringin Terbalik, dimana akarnya berada di atas, seperti pohon kalpataru. Pohon Waringin Sungsang ini bermakna sumber kehidupan, sumber kebahagiaan, keagungan, serta sumber asal mula kejadian. Maka pohon ini juga disebut Pohon Purwaning Dumadi atau Pohon Sangkan Paran.
Di dalam Waringin Sungsang, juga terdapat ular yang melilit pohon tersebut. Ini melambangkan jasmani dan rohani yang telah menyatu dalam perilaku. Maka, seorang pendekar pemilik Ilmu Waringin Sungsang adalah orang yang sudah manunggal atau menyatu kehendak lahir dan kehendak batinnya. Ilmu ini hanya dimiliki oleh para pendekar sepuh, sehingga tidak digunakan sembarangan karena efeknya melumpuhkan.
Pohon berasal dari kayu atau kayon, berasal dari bahasa Arab ‘khayyu’ yang artinya hidup. Dalam ilmu kalam ‘khayyu’ merupakan sifat sejati Tuhan. Di dalam Al Quran dinyatakan; “Allahu laa illaha illa huwal hayyul qayyum” artinya Tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluknya. (QS, 2, 255).
Karena begitu tingginya falsafah terkandung dalam Ajian Waringin Sungsang ini, maka hanya kepada para pendekar yang sudah “menyelesaikan” urusan diri sendirilah ilmu ajian ini boleh diwariskan.
Mantra Ajian Waringin Sungsang dirapalkan sbb:
Sun amatek ajiku Waringin Sungsang
wayahipun tumuruna, ngaubi awak mami, tur tinuting bala, pinacak suji kembar, pipitu jajar maripit, asri yen siyang, angker kalane wengi.
Duk samana akempal kumpuling rasa, netraku dadi dingin, netra ningsun emas, puputihe mutyara, ireng-ireng wesi manik, ceploking netra, waliker uda ratih.
Idep ingsun kekencang bang ruruwitan, alisku sarpa mandi, kiwa tengen pisan, cupakku surya kembar, kedepku pan kilat tatit, kang munggeng sirah, wesi kekenten adi.
Rambut kawat sinomku pamor anglayap, batuk sela cendani, kupingku salaka, pilingan ingsun gangsa, irungku wesi duaji, pasu kulewang, pipiku wesi kuning.
Watu item lungguhe ing janggut ingwang, untuku rajeg wesi, lidah wesi abang, aran wesi mangangkang, iduku tawa sakalir, lambeku iya, sela matangkep kalih.
Guluku-ningsun paron wesi galigiran, jaja wesi sadacin, pundak wesi akas, walikat wesi ambal, salangku wesi walulin, bauku denda, sikutku pukul wesi.
Asta criga epek-epek ingsun cakra, cakar wok jempol kalih, panuduh trisula, panunggulku musala, mamanisku supit wesi, jentikku iya, ingaran pasopati.
Bebokongku sela ageng kumalasa, akawet wesi gilig, ebol-ingsun karah, luput denda kang tinja, balubukan entut mami, uyuhku wedang, dakarku purasani.
Jembut kawat gantungaku wesi mentah, walakang wesi gapit, pupu kalataka, sungsum ingsun gagala, ototku gungane wesi, ing dalamkan, ingaran kaos wesi.
Sampun pepak sarira-ningsun sadaya, samya pangawak wesi, pan ratuning braja, manjing aneng sarira, tan ana braja ndatengi, dadya wiyana, ayu sarira mami.
Ana kidung sun-angidung bale anyar, tanpa galar asepi, ninis samun samar, patining wuluh kembang, siwur burut tanpa kancing, kayu trisula, gagarannya calimprit.
Sumur bandung sisirah talaga mancar, tibeng jaja ajail, dinding endas parah, ulur-ulur liweran, tatambang jaringing maling, dadal dadnya, gagulung ing gagapit.
Naga raja pangawasan manik kembang, kembang gubel abaji, tajem neng kandutan, udune sarwi nungsang, kurangsangan angutipil, angajak-ajak.
- Lelaku
Puasa Ngerowot 21 hari. - Cara Mengunakan
Mantra dibaca saat akan memulai pertarungan.
Ingat saat lawan telah terjatuh dan lemas, tidak perlu lagi disakiti.
Demikian sekilas tentang Ajian Waringin Sungsang.
Wallahu a’lam bish shawab.
Rahayu…
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Konfirmasi apakah ajian Waringin Sungsang bisa untuk bertempur secara goib…tdk berhadapan langsung di satu tempat. Lintas daerah…
Tidak bisa. Harus berhadapan langsung.