Beberapa tahun lalu, sebuah perusahaan yang saya coaching, membayar down payment untuk kontrak serangkaian pelatihan kinerja para karyawannya. Itu bukanlah masalah, sampai pelanggan berubah pikiran.
Pelanggan tersebut memutuskan secara paksa, untuk mengubah sesuatu dalam lingkup proses coaching aslinya. Dan itu setelah 3 bulan kemudian, pelanggan menghubungi saya, mengatakan bahwa mereka menginginkan perjanjian dan kerahasiaan baru. Perjanjian tersebut akan melarang perusahaan saya untuk bekerja dengan perusahaan lain di bidang yang sama. Jika tidak, pelanggan berkeinginan untuk melaksanakan proyek coaching dengan perusahaan lain.
Saya mencoba menegosiasikan pengaturan yang masuk akal, dengan itikad baik. Sayangnya, pelanggan itu bersikeras. Tentu saja saya tidak dapat menandatangani perjanjian yang membatasi kemampuan saya untuk melakukan bisnis.
Jadi, saya melanjutkan untuk menyelesaikan bisnis dengan pelanggan lainnya, dan menghentikan program pendampingan bisnis dengan pelanggan tersebut. Saya mencoba melakukan hal yang benar.
Tapi, bagaimana dengan deposit di awal, yang telah dibayar oleh mereka? Jawabannya, tentu saja saya harus mengembalikannya, karena saya tidak mau uang yang tidak ada di dalam kesepakatan.
Namun, saya tidak mengatakan itu adalah keputusan termudah untuk dibuat. Jujur, itu sulit. Saya telah bekerja penuh dedikasi dengan mereka tahun sebelumnya, dan menantikan pendapatan di masa depan. Entah karena pengaruh apa, sehingga pelanggan mau mengubah syarat-syarat perjanjian dan pengaturan bisnis di tengah jalan, yang sifatnya tidak kondusif.
“Keagungan seorang, bukan pada seberapa banyak kekayaan yang ia peroleh, tetapi dalam integritas dan kemampuannya untuk mempengaruhi orang-orang di sekitarnya secara positif.” – Bob Marley
Setelah bergulat dengan beragam pemikiran positif, dan dampaknya terhadap bisnis di masa depan, saya membuat keputusan tepat, yaitu memutuskan hubungan dan mengembalikan uang yang telah mereka setor. Saya harus berbesar hati, bahkan jika “dirugikan”, karena selalu ada konsekuensi dari tidak bertindak dengan integritas.
Berikut 3 alasan mengapa bertindak dengan integritas membawa Anda menuju kesuksesan:
1. Karyawan Memantau Anda
Alasan pertama yang saya pertimbangkan ketika mengambil keputusan adalah, bagaimana ini akan berdampak pada hubungan saya dengan karyawan saya? Mereka tahu pelanggan telah membayar kami, sebesar 8 digit sebagai uang muka.
Jika saya ingin mempersingkat atau memutus kerjasama dengan pelanggan, apakah saya juga akan melakukan hal sama kepada karyawan? Bagaimana ini bisa memengaruhi cara mereka memandang pekerjaan mereka, tanggung jawab mereka terhadap pelanggan, dan tanggung jawab saya terhadap mereka?
Saat merenungkan kemungkinan hasilnya, saya menyadari jika mereka melihat, seandainya saya bertindak tanpa integritas dengan pelanggan, itu akan mengurangi kepercayaan mereka kepada saya. Karyawan mungkin bertanya-tanya apakah gaji mereka berikutnya akan tepat waktu.
Itu akan mengurangi antusiasme mereka terhadap apa yang saya kerjakan. Tim saya mungkin berhenti bekerja lebih keras untuk pelanggan atau hanya menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, daripada melayani pelanggan. Secara intelektual, saya tahu ini, dan merenungkan skenario di atas tersebut, membantu saya merasa nyaman dengan keputusan saya.
2. Pelanggan Berbicara Tentang Anda
Alasan kedua yang saya pertimbangkan adalah, bagaimana ini akan memengaruhi apa yang dikatakan tentang perusahaan saya? Jelas, pelanggan ini tidak akan menjadi pelanggan yang maju. Namun, mereka akan berbicara dengan perusahaan lain. Merupakan akal sehat bahwa rujukan adalah bentuk pemasaran yang lebih disukai. Kita sering memikirkan pelanggan yang sukses berbicara dengan pelanggan di masa depan. Namun, pelanggan yang “beralih” juga akan menceritakan sebuah kisah.
Saya ingin bahwa cerita yang mereka sampaikan menjadi positif. Mungkin akan terjadi sesuatu seperti ini; kami tidak dapat mencapai kesepakatan tentang XYZ. Dan, mereka akan ingat menyimpulkan hubungan dengan integritas.
Semoga kisah mereka berakhir dengan cerita tentang perusahaan saya, seperti ini, “Saya pikir mereka akan cocok untuk Anda karena mereka selalu memperlakukan kami dengan jujur.” Reputasi yang berasal dari hal-hal terakhir masih bisa bagus.
“Integritas sejati adalah melakukan hal yang benar, mengetahui bahwa tidak ada yang akan tahu apakah Anda melakukannya atau tidak.” – Oprah Winfrey
3. Anda Harus Hidup dengan Diri Sendiri
Alasan ketiga yang saya pertimbangkan adalah, bagaimana perasaan saya tentang diri saya setelah keputusan ini? Jika saya bangga dengan keputusan itu, itu akan memperkuat citra diri saya. Kalau tidak, itu akan melemahkannya.
Saya mungkin merasa baik untuk sementara waktu dengan membuat mereka membayar, dan tidak mengembalikan uangnya, karena toh itu akibat ulah mereka. Namun seiring waktu, perasaan itu akan memudar, dan suara hati nurani saya akan lebih dominan. Jika negatif, itu akan menghantui saya. Bahkan jika saya meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya bisa hidup dengannya, namun dalam jangka panjang, tentu saya tidak bisa.
Agar pemikiran berfungsi dengan sebaik-baiknya, saya harus menghilangkan pemikiran untuk bertindak tidak etis. Jika sekali saja, saya melakukan sesuatu tanpa integritas, itu akan membuatnya lebih mudah untuk melakukannya lagi. Dan, itu akan memengaruhi pandangan saya tentang apa arti kesuksesan itu.
Ketika Anda menghadapi keputusan yang menantang, coba tanyakan pada diri sendiri tiga pertanyaan berikut ini.
- Bagaimana ini akan berdampak pada rekan kerja saya?
- Bagaimana pengaruhnya terhadap apa yang dikatakan pelanggan?
- Bagaimana pengaruhnya terhadap pandangan saya tentang diri saya sendiri?
Nah Sahabat. Bagaimana bertindak dengan integritas bisa membantu Anda dalam situasi sulit?
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College