Banyak pemilik bisnis hanya memeriksa penghitungan untung dan rugi mereka secara teratur, berpikir dalam hal penjualan dan pengeluaran, tetapi tidak pernah rutin dalam melacak arus kas atau cash flow.
Mengapa tidak semua pemilik bisnis mengawasi arus kas secara konstan? Beberapa survei mengatakan, hanya separoh pemilik bisnis yang menunjukkan bahwa mereka mempelajari dan melacak arus kas secara teratur.
Meskipun sudah banyak pakar bisnis terus-menerus memperingatkan tentang pentingnya memahami arus kas. Namun, mengapa begitu banyak pemilik bisnis mengatakan bahwa mereka tidak melihat arus kas?
Tantangan bagi sebagian besar pemilik bisnis
Banyak pemilik bisnis berpikir dalam hal penjualan, biaya dan pengeluaran. Namun, arus kas bisnis semuanya selalu terkait dengan alasan waktu dan penundaan. Padahal, mendapat untung bukan berarti mereka punya uang tunai. Sebab itu, mereka harus merencanakan, memperkirakan, dan mengelola arus kas untuk memastikan bahwa mereka tidak kehabisan uang tunai.
Untuk beberapa bisnis layanan yang berorientasi konsumen, pelanggan segera membayar dengan uang tunai, cek atau kartu kredit ketika mereka menerima layanan. Beberapa perusahaan, bahkan mungkin tidak perlu mengeluarkan uang untuk inventaris produk, perakitan dan penyimpanan, dan tidak memiliki hutang besar untuk membayar. Jadi, selama pemilik perusahaan menerima lebih banyak penjualan tunai daripada membayar dalam pengeluaran, mereka akan memiliki uang tunai.
Pemilik bisnis seperti ini secara struktural lebih baik daripada banyak orang lain, karena mereka tidak memiliki kerentanan modal kerja. Namun mereka tetap harus hati-hati, memperhatikan saldo kas mereka dengan cermat. Sangat penting untuk memperkirakan penjualan, biaya dan pengeluaran, dan melacak hasilnya untuk menangkap perubahan dengan cepat.
Dua faktor ini membuat bisnis sangat rentan terhadap masalah arus kas:
1. Perusahaan Penjualan Bisnis ke Bisnis (B2B)
Perusahaan yang terlibat dalam penjualan bisnis ke bisnis (B2B), menemukan bahwa pelanggan mereka tidak langsung membayar ketika mereka mendapatkan produk atau layanan. Perusahaan mengirimi mereka faktur, dan pelanggan membayar beberapa minggu atau bulan kemudian. Jadi pemilik bisnis tidak dapat melacak penjualan sendiri; mereka harus melacak penjualan secara kredit, yang menghasilkan piutang, bukan uang di tangan. Setiap uang dalam piutang dagang adalah satu tingkat lebih sedikit di bank.
Pemilik bisnis dapat melihat penghitungan penjualan pada saat tertentu dan transaksi tertentu, mungkin termasuk dalam penghitungan penjualan, tetapi perusahaan tidak memiliki uang. Bisakah itu menutupi biaya dan pengeluaran? Itu butuh uang tunai. Sebut saja arus kas atau modal kerja: Pemilik perusahaan perlu mengatur pengeluaran sambil menunggu pembayaran.
2. Inventaris Produk
Penciptaan inventaris produk, berarti uang terikat untuk membeli barang sebelum pemilik memiliki kesempatan untuk menjualnya. Seorang pemilik toko buku, misalnya, harus membeli inventaris, sebelum seseorang masuk ke toko dsn membeli bukunya.
Sebuah pabrik harus membeli bahan baku dan membayar untuk perakitan. Setiap bisnis produk yang terlibat dalam penjualan melalui toko, harus berurusan dengan membayar pengemasan dan pengiriman sebelum melakukan penjualan. Ada juga pembuatan prototipe dan versi baru yang mahal. Bahkan perusahaan perangkat lunak, harus mengembangkan suatu produk, melakukan perancangan, pengkodean, pengujian, dan lebih banyak pengujian sebelum melakukan penjualan.
Semua biaya produk ini mengambil uang yang sering dihabiskan jauh sebelum terjadi penjualan. Namun, uang itu tidak berakhir dalam penghitungan laba sampai penjualan terjadi. Buku yang dibeli oleh pelanggan seharga Rp. 100.000,- mungkin toko tersebut hanya perlu membayar Rp. 50.000,- Tetapi Rp. 50.000,- itu mungkin telah meninggalkan rekening bank toko, beberapa bulan yang lalu dan hanya muncul di rekening bank setelah seorang pelanggan membeli buku itu.
Dalam hal ini, pemilik bisnis sudah menghabiskan uangnya, dan memeriksa untungnya dengan mengabaikan arus kas nyata.
Penting untuk diingat.
Bagi siapa pun yang menjual produk bisnis-ke-bisnis (B2B), memiliki keuntungan di atas kertas tidak selalu menjamin memiliki uang tunai.
Pengertian B2B
B2B adalah kependekan dari business to business. Lalu apa itu B2B? B2B adalah transaksi bisnis yang terjadi antara satu perusahaan ke perusahaan lain. Lazimnya kita mengetahui proses penjualan barang dan jasa dari perusahaan ke konsumen, lalu bagaimana B2B bisa terjadi?
B2B dapat terjadi karena perusahaan membutuhkan barang atau jasa dari perusahaan lain. Jadi, sebelum memasarkan produknya kepada konsumen akhir, perusahaan biasanya menjalin kerjasama dengan perusahaan lain guna memenuhi kebutuhan produksinya, atau bisa juga untuk mengenalkan produknya pada masyarakat.
Tidak menutup kemungkinan pula bila perusahaan B2B adalah produsen dengan target pasar sesama produsen di mana mereka tidak akan menjangkau konsumen akhir secara langsung.
Salah satu contoh B2B adalah perusahaan produsen pakaian yang membeli jasa iklan dari perusahaan iklan komersial.
Perusahaan pengiklan tersebut kemungkinan besar tidak akan berinteraksi secara langsung dengan pengguna akhir sebab jasa iklannya hanya akan dimanfaatkan oleh perusahaan. Tentu masyarakat non produsen tidak akan mencari jasa pengiklan apabila mereka bukan merupakan pelaku bisnis.
Pada kasus di atas, contoh lain dari perusahaan B2B adalah produsen penyuplai bahan baku untuk perusahaan pakaian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perusahaan B2B adalah perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan jual beli tersebut.
Karakteristik B2B
Mengetahui apa itu B2B saja belum cukup, simak penjelasan mengenai karakteristiknya berikut ini.
- Transaksi bisnis antar perusahaan B2B dapat dibilang sangat kompleks, karena harus melewati beberapa tahapan prosedural perusahaan. Berbeda dengan transaksi jual beli pada masyarakat secara umum, prosedur bisnis tidak memungkinkan dua perusahaan melakukan jual beli sesederhana konsumen yang membeli sembako di toko kelontong. Ada banyak tahapan pencocokan antara perusahaan penyuplai dan perusahaan dalam posisinya sebagai konsumen.
- Berbeda dengan transaksi antara produsen dan konsumen, kegiatan ekonomi pada B2B dilandasi oleh hubungan baik yang telah dikembangkan bertahun-tahun. Relasi semacam ini menguntungkan, sebab perusahaan tidak harus menyeleksi lagi dari produsen mana mereka akan mendapatkan suplai barang atau jasa.
- B2B adalah aktivitas bisnis dengan penerapan negosiasi perjanjian di awal. Kedua perusahaan B2B adalah pihak yang sama-sama tidak mau dirugikan pada masa setelah kontrak disepakati, sehingga berbeda dengan hubungan produsen-konsumen, B2B mengandalkan negosiasi mengenai isi kontrak meliputi barang pasokan.
- B2B adalah perjanjian bisnis yang berlangsung lama. Aktivitas jual beli antara sesama perusahaan ini dapat berlaku hingga jangka panjang untuk menjaga rantai pasokan dan kontinuitas produksi.
- Hubungan antar perusahaan B2B adalah salah satu jenis yang terstandar dan telah memiliki prosedur baku dari tahun ke tahun. Mereka menaati standarisasi tersebut guna menghindari hal-hal di luar aturan dengan risiko terganggunya stabilitas produksi.
- Dengan adanya segala kompleksitas sebelum dan saat proses jual beli tengah berlangsung, maka sangat masuk akal bila hubungan antar perusahaan B2B adalah hubungan bisnis yang memiliki orientasi jangka panjang. Hal ini juga dimaksudkan untuk meminimalisasi risiko bisnis, mengingat besarnya volume produksi pada B2B.
Banyak bisnis yang menguntungkan telah kehabisan uang tunai. Mereka tidak punya cukup uang untuk menutupi biaya dan pengeluaran, karena mereka menunggu terlalu lama dari pelanggan untuk membayar mereka atau mereka memiliki dana yang besar, namun diikat dalam persediaan yang tidak terjual.
Pelajaran arus kas terbaik dan terburuk, hendaknya dapat diambil hikmah intisarinya. Ketika melihat penjualan bulanan meningkat berkali lipat dalam beberapa bulan. Janganlah terburu merayakannya, karena bisa jadi perusahaan baru untung di atas kertas, bukan untung uang tunai, itu bisa membuat perusahaan menuju kebangkrutan sebelum berkembang, karena banyak memiliki piutang.
Oleh karena itu, setiap pengusaha, apalagi baru memulai merintis bisnisnya, hendaknya mau mempelajari dan melacak arus kas atau cash flow bisnisnya. Jangan mudah terjebak euphoria dengan keuntungan di atas kertas, jangan merasa bangga dan puas dengan besaran omzet penjualan, namun dalam bentuk piutang, bukannya uang tunai. Selalu ingatlah bahwa Cash is the King!
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano