Apakah Anda pernah mendengar istilah Micromanaging atau Micromanagement? Micromanagement merupakan gaya kepemimpinan yang ditandai dengan adanya pengawasan dan pengarahan berlebihan dari atasan.
Menurut Executive Director MDI TACK Training Internastional, Ferry Atmadi, micro-managing boss adalah tipe atasan yang cenderung mengontrol dan ikut campur secara rinci pekerjaan dari karyawannya. Hal-hal yang seharusnya dapat didelegasikan dan dipercayakan kepada para staf, justru tetap ia pantau dan campuri. Jika hal ini terus berlanjut, akan membuat bawahan menjadi tertekan dan menghalangi mereka untuk berkembang secara profesional.
Terbukti dari hasil survei di Amerika Serikat terhadap para pekerja yang menghasilkan bahwa micromanagement lebih banyak membawa dampak negatif, salah satunya adalah menurunkan produktivitas karyawan sebanyak 55 persen.
Hands On vs Micro Managing
Seorang atasan yang baik tentunya harus menguasai tiap detail masalah (hands on). Namun, penting untuk kita membedakan antara atasan yang memang mengerti detail masalah dengan seorang micro managing boss. Perbedaan keduanya akan terlihat pada saat pendelegasian tugas.
Menurut Ferry Atmadi, hands on boss bisa menguasai persoalan namun ia tetap dapat membatasi campur tangannya setelah pendelegasian. Sebaliknya, micro-managing boss akan memerhatikan detail dengan sangat ekstrem.
Seorang atasan yang baik akan menetapkan tujuan sekaligus memastikan bahwa karyawannya paham akan hasil yang diinginkan dengan cara memeriksa progres yang dibuat oleh karyawannya secara berkala. Jika timbul masalah, ia akan memberi solusi yang diperlukan sebelum terlambat.
Nah, seorang micromanager memiliki kesulitan dalam mendelegasikan tugas. Ia akan ikut membenamkan dirinya dengan mengawasi tiap proyek dan terus mengoreksi hal kecil, hingga melupakan masalah besarnya. Ia juga tidak segan-segan untuk mengambil alih pekerjaan jika ada sesuatu yang salah, tanpa memedulikan bawahannya.
Bahaya Micromanagement
1. Menurunkan potensi karyawan
Seorang micromanager biasanya akan cenderung menutup diri dari masukan orang lain, terutama dari bawahannya. Ia juga jarang melibatkan karyawannya dalam pengambilan keputusan. Hal ini akan membuat karyawan sulit menunjukkan potensinya untuk berkembang. Bahkan mereka akan takut untuk melakukan inisiatif, karena atasan tidak membebaskannya.
Jika Anda berada pada situasi seperti ini, sebaiknya pertimbangkanlah untuk mulai mencari perusahaan baru. Jangan bertahan di lingkungan kerja yang menghambat potensi karyawan.
2. Menghambat kesuksesan perusahaan
Pemimpin yang micromanaging cenderung bersifat perfeksionis dan hanya percaya pada dirinya sendiri. Padahal nyatanya, sempurna menurut dia belum tentu adalah yang terbaik untuk perusahaan. Justru besar kemungkinannya karyawan mempunyai ide atau inovasi yang dapat memajukan perusahaan.
3. Meningkatkan stres saat bekerja
Bekerja dengan atasan yang micromanaging akan menimbulkan stres pada karyawan. Bawahan tidak diberikan kebebasan untuk menyampaikan ide dan pemikirannya. Selain itu, mereka juga akan merasa dikendalikan sehingga merasa terkekang dan pada akhirnya meningkatkan stres serta penurunan produktivitas.
Pada dasarnya, seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan sekadar berdiri di samping bawahan, sambil mengontrol dan mengawasi tanpa henti. Hal ini juga dapat meningkatkan stres tidak hanya pada bawahan tetapi juga atasan tersebut.
Cara Mengatasi Micromanagement
Sesuai yang telah Anda baca sebelumnya, micromanagement tidak akan efektif untuk pengembangan tim. Nah, jika Anda adalah pemimpin yang melakukan micromanaging, cara terbaik yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi micromanagement di tempat kerja adalah dengan berbicara kepada tim dan minta umpan balik yang positif dari mereka. Langkah pertama dapat Anda mulai dengan cara belajar memberikan delegasi kepada anggota tim yang potensial.
Jika Anda adalah seorang bawahan yang mempunyai micro managing boss, Anda dapat membantu atasan dengan cara memintanya mendelegasikan tugas kepada Anda dan memberikan sebanyak mungkin informasi yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
Selain itu, mulailah ikut serta dalam proyek lain yang Anda yakin dengan kemampuan serta kapasitas Anda dalam mengerjakannya. Hal ini akan meningkatkan kepercayaannya dan memperbaiki kemampuan delegasi mereka. Jangan lupa untuk memberikan progress report secara berkala tanpa harus diminta terlebih dahulu.
Micromanagement akan membatasi kemampuan bawahan untuk berkembang, dan juga membatasi tim untuk mencapai tujuan. Micromanagement tidak hanya memberikan dampak negatif pada karyawan saja, tetapi juga atasan dengan sikap tersebut.
Atasan akan selalu merasa memiliki banyak pekerjaan, berpikiran bahwa bawahannya tidak mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, yang akhirnya membuat atasan berperilaku kurang menghargai bawahannya. Anda tentu tidak ingin hal ini terjadi bukan? So, perbaiki gaya kepemimpinan Anda mulai dari sekarang ya!
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano