Renungan di Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2020. Dalam hitungan minggu, COVID-19 telah mengubah cara siswa menjalani pendidikan dan cara guru mengajar, di seluruh dunia. Perubahan itu memberi kita gambaran bagaimana pendidikan bisa berubah menjadi lebih baik, atau lebih buruk dalam jangka panjang.
Keputusan pengendalian risiko atas penyebaran COVID-19, telah mengarahkan jutaan siswa ke situasi model pembelajaran home-schooling. Perubahan ini tentu saja menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi hal ini juga mendorong contoh-contoh baru inovasi di dunia pendidikan. Meskipun masih terlalu dini untuk menilai bagaimana COVID-19 akan mempengaruhi sistem pendidikan di seluruh dunia.
Ada tanda-tanda, yang dapat menunjukkan bahwa hal itu dapat memiliki dampak jangka panjang pada lintasan inovasi pendidikan. Di bawah ini, tiga hal yang dapat mengisyaratkan transformasi pendidikan di masa depan:
1. Pendidikan didorong untuk berubah dan berinovasi.
Lambatnya perubahan dalam institusi pendidikan secara global, sangat disesalkan, karena banyak pengajaran yang berbasis model berabad-abad lalu, adanya bias institusional, dan ruang kelas yang ketinggalan zaman. Namun, COVID-19 telah menjadi katalis bagi institusi pendidikan di seluruh dunia, untuk mencari solusi inovatif dalam waktu yang relatif singkat.
Untuk membantu memperlambat penyebaran virus, siswa dipaksa untuk mulai belajar di rumah secara interaktif, secara online, dengan materi pembelajaran diberikan melalui koneksi internet, lewat aplikasi media sosial atau pun siaran televisi. Ini akhirnya memaksa para guru harus kreatif dan melek teknologi. Bahan buku pembelajaran pun harus bisa disajikan secara online, seperti bahan bacaan melalui Google Classroom, ditambah dengan video tatap muka, untuk membantu membantu siswa belajar dari rumah.
Dalam model pembelajaran online, bahkan untuk mata pelajaran seperti pendidikan jasmani, para siswa diharuskan merekam dan mengirimkan video pelatihan olahraga mereka sendiri kepada guru mereka, sebagai “pekerjaan rumah,” ini akhirnya juga mendorong siswa untuk belajar keterampilan digital baru. Salah satu orang tua siswa berkomentar, “video latihan olahraga memakan waktu beberapa menit, putra saya menghabiskan waktu tiga jam syuting, mengedit, dan mengirim video dalam format yang tepat kepada gurunya.”
Di negara-negara maju, dengan teknologi 5G menjadi lebih umum, seperti di Cina, AS dan Jepang, kita akan melihat peserta didik dan penyedia solusi benar-benar merangkul konsep ‘pembelajaran di mana saja, kapan saja, lewat pendidikan digital dalam berbagai format. Pembelajaran di kelas secara pribadi akan dilengkapi dengan modalitas pembelajaran baru, mulai dari siaran langsung, yang menjadi pengalaman realitas virtual. Belajar bisa menjadi kebiasaan yang terintegrasi ke dalam rutinitas sehari-hari, menjadi gaya hidup sejati.
2. Kemitraan pendidikan publik-swasta semakin penting
Hanya dalam beberapa minggu terakhir, kita telah melihat konsorsium dan koalisi pembelajaran terbentuk, dengan beragam pemangku kepentingan – termasuk pemerintah, penerbit, profesional pendidikan, penyedia teknologi, dan operator jaringan telekomunikasi; berkumpul bersama untuk menggunakan platform digital sebagai solusi untuk krisis. Di negara-negara berkembang di mana pendidikan sebagian besar telah disediakan oleh pemerintah, ini bisa menjadi tren yang lazim dan konsekuensial bagi pendidikan di masa depan.
Di Cina, Kementerian Pendidikan telah mengumpulkan sekelompok konstituen yang beragam, untuk mengembangkan platform pembelajaran dan penyiaran online berbasis cloud yang baru, serta untuk meningkatkan serangkaian infrastruktur pendidikan, yang dipimpin oleh Kementerian Pendidikan dan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi .
Demikian pula, forum pendidikan yang berbasis di Hong Kong, adalah konsorsium lebih dari 60 organisasi pendidikan, penerbit, media, dan profesional industri hiburan, menyediakan lebih dari 900 aset pendidikan, termasuk video, bab buku, alat penilaian, dan layanan konseling gratis. Tujuan konsorsium adalah untuk terus menggunakan dan memelihara platform pendifikan ini, bahkan setelah COVID-19 berlalu nantinya.
Melalui contoh-contoh seperti ini, terbukti bahwa inovasi pendidikan menerima perhatian, di luar proyek sosial yang didanai pemerintah atau lembaga nirlaba. Dalam dekade terakhir, kita telah melihat minat dan investasi yang jauh lebih besar, datang dari sektor swasta dalam solusi dan inovasi pendidikan.
Dari Microsoft dan Google di AS, Samsung di Korea hingga Tencent, Ping An, dan Alibaba di China, perusahaan-perusahaan bangkit menuju imperatif strategis penduduk terpelajar. Pandemi ini dapat membuka jalan bagi koalisi lintas-industri berskala lebih besar, untuk dibentuk demi tujuan pendidikan bersama.
3. Kesenjangan digital bisa melebar
Sebagian besar sekolah di daerah yang terkena dampak menemukan solusi untuk melanjutkan pengajaran, tetapi kualitas pembelajaran sangat bergantung pada tingkat dan kualitas akses digital. Sayangnya, dari data yang ada, hanya sekitar 60% populasi dunia yang online dengan fasilitas canggih. Sementara itu, banyak siswa di negara berkembang bergantung pada pelajaran dan tugas yang hanya bisa dikirim melalui WhatsApp atau email.
Selain itu, keluarga individu kurang makmur dan keterbatasan teknologi digital, akan semakin jauh siswa mereka tertinggal. Ketika kelas bertransisi online, anak-anak di level ekonomi ini akan banyak kehilangan informasi pendidikan, karena tingginya biaya perangkat digital dan paket data. Kecuali jika biaya akses internet menurun dan kualitas akses meningkat, sehingga kesenjangan dalam kualitas pendidikan dapat diatasi. Kesenjangan digital bisa menjadi lebih ekstrem, jika akses pendidikan ditentukan oleh akses teknologi terbaru yang tentunya lebih mahal biayanya.
Penyebaran COVID-19 yang cepat, telah menunjukkan pentingnya membangun ketahanan untuk menghadapi berbagai ancaman, dari penyakit pandemi hingga ketidakamanan iklim, dan bahkan perubahan teknologi yang cepat. Pandemi ini juga merupakan kesempatan untuk mengingatkan diri kita sendiri akan keterampilan yang dibutuhkan siswa, di dunia yang tidak dapat diprediksi ini. Seperti pentingnya pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang cepat dan akurat, pemecahan masalah yang kreatif, dan mungkin yang terpenting, kemampuan beradaptasi secara cepat. Untuk memastikan keterampilan tersebut tetap menjadi prioritas bagi semua siswa, maka ketangguhan mental harus dibangun ke dalam sistem pendidikan kita juga.
Pandemi virus corona telah mengubah cara jutaan orang di dunia dalam hal menjalani pendidikan. Solusi baru untuk dunia pendidikan harusnya dapat membawa inovasi yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang.
Namun, dengan adanya kesenjangan akses teknologi digital, yang terjadi pada sebagian masyarakat dunia, termasuk di Indonesia, maka pergeseran baru dalam pendekatan pendidikan digital, dapat makin memperluas kesenjangan sosial dan kesetaraan kehidupan.
Semoga di negara kita, Indonesia bisa cepat beradaptasi dengan kemajuan dan perkembangan teknologi digital, dan paling penting adalah jika seluruh rakyat bisa dan mampu memperoleh akses digital untuk proses pendidikannya, demi masa depan kesejahteraan segenap bangsa Indonesia.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Tetap Optimis Menyomgsong Masa Depan nan Gemilang.
Salam Luar Biasa Prima!