1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (242 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...
Published on: November 12, 2021 - 5:00 AM

3 Cara MENYEIMBANGKAN Perfeksionisme dan Ambisi

Saya pernah mengalami masa sulit dalam hidup saya untuk menyeimbangkan perfeksionisme dan ambisi. Mengapa keduanya tampak hampir tak terpisahkan? Bisakah kita benar-benar memiliki dorongan tinggi untuk sukses, tanpa harus selalu menjadi sempurna?

Saya mulai memperhatikan hubungan antara perfeksionisme dan ambisi ini sejak dini. Di sekolah menengah hingga perguruan tinggi, fokus utama saya adalah menjadi terbaik dan terkenal. Ini berarti menghabiskan waktu lama dengan harapan mencapai tujuan itu.

Sementara saya bangga dengan upaya konsisten yang saya lakukan, sifat lain yang lebih melumpuhkan mulai berkembang. Setelah setiap kali berupaya dengan ketekunan untuk mencapai tujuan saya itu, saya justru merasa seolah-olah saya tidak melakukan cukup banyak.

Perasaan Galau

Perasaan galau saya adalah selalu ada lebih banyak untuk diberikan. Hanya saja, kapan itu cukup? Kapan Anda sudah cukup bekerja pada hari itu dan mendapatkan hak untuk beristirahat sampai hari kerja Anda berikutnya?

Itu adalah sesuatu yang sulit saya jawab, yang sering membuat saya merasa gundah. Di satu sisi, saya selalu meendapatkan sekolah dan perguruan tinggi ternama, dan perfeksionisme saya menjadi problem yang buruk. Meskipun saya telah mencapai target, mendapatkan penghargaan prestasi di sekolah menengah dan perguruan tinggi saya, ambisi saya justru hanya menciptakan tujuan lain untuk diperjuangkan.

Alih-alih meluangkan waktu untuk bergembira dan menikmati kenyataan bahwa saya telah mencapai impian masa kecil, saya dengan cepat memusatkan kembali fokus saya pada cita-cita masa depan. Dan, saya sekali lagi merasa tidak sempurna.

Ketika saya naik level dan mulai terkenal di perguruan tinggi, saya masih merasa bahwa saya masih tidak cukup. Tidak peduli seberapa keras saya berusaha mencapai tujuan dalam apa pun yang saya lakukan, saya merasa selalu ada lebih banyak yang masih dapat dicapai.

Itu adalah kebenaran yang menyedihkan bagi para perfeksionis. Tidak peduli seberapa keras Anda bekerja atau berapa banyak yang Anda capai, Anda tidak akan pernah merasa sempurna.

Menyeimbangkan Perfeksionisme & Ambisi

Tingkat ambisi saya sangat besar, karena terus mendorong saya ke tingkat yang baru. Namun perfeksionisme yang menyertainya, dengan perlahan menggerogoti kepercayaan diri saya dan kegembiraan yang saya miliki.

Sekarang, ketika saya sudah berhasil dengan pencapaian saya, perhatian saya beralih ke pembinaan kinerja mental saya. Saya secara rutin menghadapi perasaan sama, saat menjalankan bisnis saya. Satu-satunya perbedaan adalah, saya sekarang memiliki cara untuk menghadapi perfeksionisme.

Dalam perjalanan hidup saya, saya mempelajari berbagai macam keilmuan yang berkaitan dengan pengembangan diri, seperti The Miracle Question Techniques, Time Line Therapy, Neuro Linguistic Programing, dan lainnya. Inilah yang membantu saya menemukan cara untuk mengendalikan perfeksionisme.

Saya tidak pernah ingin mengurangi ambisi yang saya miliki, dan saya juga tidak akan pernah mendorong Anda untuk melakukannya. Tetapi kita semua harus mengakui hubungan langsung antara perfeksionisme dan ambisi.

Berikut adalah 3 Cara MENYEIMBANGKAN Perfeksionisme dan Ambisi:

1. Percayai Perencanaan Anda

Dalam pengalaman saya, salah satu cara utama perfeksionisme menyerang pikiran adalah menebak-nebak.

Jika Anda pernah berurusan dengan perfeksionisme, Anda tahu persis apa yang saya bicarakan. Sebagai seorang perfeksionis, ada kebutuhan mendesak untuk menjadi sempurna. Bukan sekedar harapan, bukan sekedar keinginan, tapi kebutuhan.

Efek negatif dari merasa tidak sempurna itu sangat menyakitkan, karena satu-satunya obat adalah mencari kesempurnaan. Sekarang, ketika Anda memiliki ambisi, pikiran Anda melihat target akhir itu sebagai simbol atau kesempurnaan.

Jadi, untuk mencapai tujuan itu, Anda harus memiliki rencana yang sempurna. Hanya saja, tidak ada rencana yang sempurna. Hasilnya adalah menjadi tebakan secara konstan. Bagi saya, hampir setiap minggu saya mempertanyakan rencana pelatihan saya.

Terkait dengan pekerjaan, saya sekarang menemukan diri saya menebak-nebak langkah yang saya ambil untuk membangun bisnis saya.

Untuk mengatasi hal ini, kita harus bekerja keras untuk memercayai perencanaan kita. Saya yakin jika Anda seperti saya, dan Anda memiliki ambisi yang tinggi, Anda telah melakukan banyak upaya untuk merencanakan dan memastikan Anda tahu cara mencapai target Anda.

Oleh karena itu, sekarang Anda harus percaya diri! Percaya pada rencana Anda, dan sekarang fokus hanya pada proses yang telah Anda lakukan, untuk membawa diri Anda ke tempat yang Anda inginkan.

“Ambisi adalah antusiasme dengan tujuan.” – Frank Tyger

2. Rayakan Kesuksesan Kecil Anda

Salah satu kesalahan besar yang saya buat sepanjang karir saya adalah tidak menikmati kesuksesan kecil yang saya alami.

Ketika dalam bisnis Anda tidak sering Anda mendapat pukulan, dan Anda menganggapnya itu hal lumrah saja, maka Anda tidak akan merasakan keberhasilan sedikit pun. Jadi, jika kebesaran masih diukur dengan kegagalan tujuh puluh persen dari waktu, Anda lebih baik menghargai keberhasilan kecil itu, karena bisnis Anda lancar-lancar saja, atau Anda akan terus merasa buruk di sebagian besar waktu Anda.

Itulah keadaan yang saya alami. Saya memberi banyak perhatian pada kegagalan saya, namun tidak banyak berbuat untuk merayakan kemenangan kecil saya.

Untuk diri Anda sendiri, jika Anda berjuang dengan perfeksionisme, Anda perlu mulai meluangkan waktu untuk merayakan kesuksesan Anda di sepanjang jalan, untuk setiap target kecil yang Anda capai.

Yang dimaksud adalah mengakui ketika Anda berhasil, tidak peduli seberapa besar atau kecil. Katakanlah Anda menghancurkan semua tujuan Anda untuk hari itu, luangkan waktu dan nikmati kebanggaan yang Anda rasakan atas pencapaian Anda. Mulailah meluangkan waktu untuk merayakan kesuksesan kecil Anda.

3. Jatuh Cinta pada Perjalanan

Pernahkah Anda mencapai tujuan besar? Berapa lama perasaan bahagia itu bertahan?

Salah satu hal paling menakutkan yang saya perhatikan dalam hidup adalah seberapa cepat momen datang dan pergi. Perasaan memenangkan persaingan bisnis, memenangkan kejuaraan, mendapatkan pekerjaan baru, mendapatkan promosi, hilang dalam sekejap mata.

Jika saat itu adalah semua yang Anda upayakan, Anda berjuang untuk momen yang akan hilang sebelum Anda menyadarinya. Lalu bagaimana? Apakah Anda akan kembali merasa rendah diri dan merasa tidak sempurna, sampai Anda mencapai momen sukses lain yang juga memudar dengan cepat?

Sebagai orang yang berambisi, sangat mudah untuk terpaku pada hasil akhir itu. Tetapi ketika hasil akhir itu terjadi, Anda memiliki pertanyaan yang menakutkan, apa selanjutnya?

Itu sebabnya, jika Anda benar-benar ingin mengelola perfeksionisme, Anda harus mengendalikan fokus Anda, agar tidak hanya sepenuhnya terpusat pada hasil akhir itu.

Cara yang bagus untuk melakukan ini adalah dengan jatuh cinta pada perjalanannya, bukan hasil akhirnya. Jika Anda menemukan kebahagiaan dan kepuasan hanya dengan hasil akhirnya, Anda hanya akan kecewa.

Belajarlah mencintai proses perjalanannya. Jatuh cinta dengan bangun setiap hari dan bekerja, menantang diri sendiri, memecahkan masalah, dan melihat diri Anda tumbuh di sepanjang jalan.

Jika Anda benar-benar belajar mencintai perjalanan, hasilnya tidak akan berarti apa-apa. Dan jika hasil akhirnya kurang penting, Anda dapat memiliki semua ambisi di dunia, dan perfeksionisme tidak akan lagi mencekik Anda. Sukses adalah perjalanan.

Nah Sahabat. Jangan salah mengartikan aktivitas dengan pencapaian.

Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (242 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...

Leave a Comment

Your email address will not be published.