SEDEKAH BUMI adalah ritual tradisional masyarakat Jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun sejak jaman dahulu.
Ritual SEDEKAH BUMI ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa yang berprofesi sebagai petani, yang menggantunggkan hidupnya dan keluarganya dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi untuk mencari rezeki.
SEDEKAH BUMI ini sebagai pelestarian nilai-nilai tradisi di tengah masyarakat modern saat ini, untuk memupuk kesadaran dan pemahaman kehidupan dalam berbudaya agar lebih bermakna, dan sebagai bentuk penghargaan kepada para leluhur.
Tradisi SEDEKAH BUMI tak hanya menjadi ritual saja, tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa. Hingga banyak yang beranggapan jika SEDEKAH BUMI tidak bisa dipisahkan dari Budaya Jawa. Ritual SEDEKAH BUMI juga merupakan salah satu cara dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan.
Pada pelaksanaannya, tak banyak kegiatan yang dilakukan. Hanya saja, saat acara berlangsung, seluruh masyarakat merayakannya. Bahkan hal ini bisa menjadi daya tarik wisata. Biasanya masyarakat berkumpul di salah satu rumah sesepuh atau tempat yang telah disepakati untuk menggelar ritual tersebut, tentu saja lengkap dengan tumpengnya.
Tumpeng tersebut kemudian diarak ke balai desa untuk didoakan oleh sesepuh adat. Setelah didoakan, kembali diserahkan kepada masyarakat. Nasi tumpeng yang sudah didoakan oleh sesepuh adat setempat kemudian dimakan beramai-ramai untuk merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang membawa pulang nasi tumpeng tersebut, untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing. Nasi tumpeng sendiri, merupakan syarat yang wajib ada pada ritual SEDEKAH BUMI.
Upacara keselamatan SEDEKAH BUMI tersebut terkait dengan ekspresi keyakinan orang Jawa, yang percaya akan eksistensi arwah atau ruh para leluhur, makhluk halus seperti memedi, lelembut, tuyul, demit, jin dan lainnya. Makhluk-makhluk tersebut dipercayai menempati alam sekitar tempat tinggal mereka. Para makhluk halus tersebut dipandang bisa mendatangkan kesuksesan, kebahagiaan, ketenteraman atau pun keselamatan.
Selain itu, mereka juga dipercaya dapat menimbulkan gangguan pikiran, kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa kalau ingin hidup tanpa menderita gangguan seperti itu, orang harus berbuat sesuatu untuk memengaruhi alam semesta dengan cara seperti laku prihatin (tirakat), berpuasa, berpantang melakukan perbuatan tertentu, serta melakukan selamatan, memberikan sesaji dan sebagainya, salah satunya seperti SEDEKAH BUMI ini.
Sebelum agama Islam datang ke Indonesia, nenek moyang kita kebanyakan adalah pemeluk agama Hindu-Budha. Sehingga di Indonesia, terutama dalam masyarakat Jawa, pada perkembangannya sangat dipengaruhi unsur-unsur adat kebiasaan yang berlaku, dan kemudian membentuk suatu sistem kebudayaan yang sampai sekarang masih dilestarikan. Dalam agama Hindu-Budha, sebuah ritual dilakukan untuk menjaga kesimbangan mikrokosmos-makrokosmos, dan menghindari kegoncangan yang dapat mengakibatkan menurunnya kesejahteraan meteriil. Perilaku ini banyak terpengaruh dari sebuah kepercayaan animisme dan dinamisme.
Tradisi SEDEKAH BUMI dalam sejarahnya jelas telah mengalami akulturasi budaya dan agama. Rangkaian acara di dalamnya, merupakan suatu kepercayaan animisme dan dinamisme, yaitu suatu kepercayaan yang mempercayai adanya roh-roh, baik itu yang jahat maupun roh baik, yang diyakini senantiasa mengelilingi mereka, terutama di tempat-tempat yang dianggap angker.
Tujuan diadakannya selamatan SEDEKAH BUMI adalah untuk mendapatkan berkah, selamat dan terhindar dari cobaan yang berat, mendoakan orang yang meninggal, sebagai rasa syukur, karena setahun terakhir, kehidupan masyarakat aman dan tenteram, terjaga dari malapetaka.
Penggunaan uborampe sego golong sebagai piranti dalam selamatan pada tradisi sedekah bumi, juga tidak bisa dilepaskan dari konsep keselarasan dengan alam dalam nalar kebudayaan Jawa. Sego golong adalah makanan berupa nasi kuning yang dibentuk tumpeng, diletakkan persis ditengah tampir, dan sekitarnya terdapat berbagai macam lauk-pauk seperti telur, ayam (ingkung), ikan teri, rajungan, dan lain-lain, yang lauknya ditata mengerucut membentuk gunung.
Kosmologi Jawa menyatakan, bahwa selain pertanian atau persawahan, gunung juga memiliki nilai tinggi dan memegang peranan penting dalam tata kehidupan orang Jawa. Selamatan dengan menggunakan tumpeng juga mengingatkan adanya kekuasaan tertinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, yang wajib dimintai keselamatan dan pertolongan oleh manusia.
Istilah tradisi, mengandung pengertian tentang adanya kaitan masa lalu dengan masa sekarang, tradisi merujuk kepada sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi, sangat tidak terlepas dari sebuah pewarisan dari masyarakat pendahulunya.
Tradisi SEDEKAH BUMI ini tidak terlepas dari pewarisan Walisongo, khususnya Sunan Kalijaga yang menyebarkan ajaran Islam di Demak dengan media budaya, melalui pergelaran wayang kulit dan kesenian tradisional lainnya. Masyarakat Jawa melestarikan tradisi SEDEKAH BUMI juga sebagai penghormatan terhadap jasa Sunan Kalijaga yang sudah menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa dan sebagai media untuk melestarikan kebudayaan daerah, khususnya di daerah Demak. Manfaat lain adanya tradisi ini selain melestarikan tradisi masyarakat kita yang sudah turun temurun, yaitu untuk memperkokoh atau mempererat kerukunan para petani.
Demkian selintas topik tentang Sedekah Bumi, yang setidaknya kita ketahui dan berikan apresiasi.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College
Twitter: @Wuryanano