Kita menerimanya secara terbuka atau hanya mengangguk dalam hati, fakta bahwa uang adalah pusat kehidupan kita.
Uang sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebagai saluran yang membawa Anda ke tempat lebih baik daripada tempat Anda berada setahun lalu. Sebagai masukan untuk pertumbuhan dan sumber daya Anda, untuk menciptakan kehidupan yang luar biasa prima.
Saya tumbuh dengan mentalitas dan keyakinan bahwa saya harus bekerja keras sampai pensiun, dan menabung cukup uang. Pemikiran ini menggarisbawahi hampir semua keputusan yang saya buat dalam hidup. Kelelahan keputusan, sebelum memutuskan berapa banyak yang akan dibelanjakan dan untuk apa membelanjakannya. Dan ada rasa bersalah yang sangat besar karena tidak cukup menggunakannya untuk pembelian sesuatu yang saya inginkan. Siklus berputar ini mengapur pertumbuhan saya selama bertahun-tahun.
Setelah timbul kesadaran diri, selama bertahun-tahun saya mengubah hubungan saya dengan uang. Berikut ini saya bagikan 3 Prinsip yang dapat membantu Anda mengevaluasi kembali, hubungan Anda dengan uang.
1. Perdagangkan Uang Untuk Membeli Waktu
Hidup kita sibuk dan daftar kita masih panjang. Ini menjadikan waktu sebagai komoditas premium. Coba pilih apa pun yang sedang Anda kerjakan; laporan proyek, pekerjaan sampingan, koordinasi dengan tim, atau merenovasi rumah, dlsb, seringkali selalu menghabiskan lebih banyak waktu daripada yang kita anggarkan.
Bisakah kita mengulur waktu? Tujuannya di sini adalah untuk mengulur waktu, sehingga Anda dapat menggunakan waktu itu untuk memupuk prioritas, pencarian kreatif, atau tujuan mikro Anda untuk hari itu. Saya suka menjaga hal-hal di sehari-hari, karena itu membuat hal-hal terlihat kecil, ringan, dan lebih menyenangkan.
Sebanyak 16 jam sehari, dapat segera terkikis dengan berbagai hal yang menghadang kita. Beberapa dari hal-hal ini ada di daftar tugas kita, dan kita tahu akan membutuhkan perhatian kita. Tetapi kemudian ada banyak hal tak terduga yang muncul dan menghabiskan waktu kita, seperti panggilan telepon tak terduga, sms, email, atau media sosial. Semua hal ini perlahan makin bertambah, dan sebelum Anda menyadari, satu jam telah berlalu.
Jadi, jika Anda mulai dengan asumsi bahwa beberapa hal yang tidak diketahui pasti akan muncul dan mengalokasikan waktu untuk mereka, itu merupakan titik awal yang bagus. Anda bisa melihat minggu lalu dan menilai berapa banyak waktu yang dikonsumsi hal-hal tersebut. Itu membantu Anda masuk ke mode proaktif. Mulailah dengan rasio mingguan tak terduga, dan akurasi Anda dalam memprediksinya akan semakin tajam dari minggu ke minggu.
Inspirator dunia, Norman Vincent Peale, berujar, “Kantong kosong tidak pernah menahan siapa pun di belakang. Hanya kepala kosong dan hati kosong yang bisa melakukan itu.”
2. Temukan Sumber Cara Berpikir Anda
Hubungan yang kita miliki terhadap uang, didasarkan pada perilaku kita, ketika kita tumbuh dewasa. Bagaimana orang tua kita, panutan kita, dan paman kita, itu terlibat dengan topik uang. Apakah uang sering dibicarakan selama ini, dan apakah uang itu dianggap langka atau surplus? Atau apakah uang sering kali harus dipinjam atau dipinjamkan kepada teman atau kerabat? Apakah uang yang dipinjamkan pernah diminta untuk dikembalikan? Ini hanya beberapa corak, bagaimana kita secara tidak sadar akhirnya menyerap percakapan tentang uang. Tidak hanya itu, kita juga menyerap emosi, reaksi, maupun pernyataan yang diucapkan dan akhirnya itu menjadi aturan keterlibatan kita dengan uang.
Tidak semua sudut pandang cocok dengan proses sistem berpikir kita, dan kehidupan kita. Jadi, menjadi sangat penting untuk berhenti sejenak, dan memeriksa kembali, dari siapa Anda menerima nasihat tentang uang.
Uang bukanlah topik yang terisolasi, tetapi menggarisbawahi jenis kehidupan yang kita jalani, buku yang kita baca, petualangan yang kita buat. Dan, apakah tip yang kita tinggalkan di kafe disertai dengan senyuman ramah?
Jika Anda tidak menyukai cara uang mendasari keputusan hidup Anda, tanyakan pada diri Anda pertanyaanini, “Bagaimana saya bisa berpikir seperti ini?” Pertanyaan ini sering kali membawa Anda lebih dekat ke sumber tempat pemikiran itu terbentuk, dan memberi Anda pilihan, apakah Anda ingin mengubah hubungan Anda dengan uang atau tidak.
3. Biaya versus Nilai
Selama bertahun-tahun saya mulai mengajukan pertanyaan, “Nilai apa yang saya dapatkan dari membelanjakan sejumlah uang?” Nilai adalah masalah saya yang mana, yang akan terselesaikan dengan membelanjakan sejumlah uang.
Semua ini, sementara saya melihatnya dari perspektif jumlah uang, yang saya bayarkan. Dan ukuran angka itu biasanya merupakan faktor penentu apakah itu berhasil atau tidak.
Anda dapat berargumen bahwa ‘Nilai’ adalah tingkat peningkatan yang Anda dapatkan dalam hidup Anda. Apakah saya akan membayar 60% lebih banyak untuk sepasang earphone nir kabel, karena tidak kusut setiap kali saya pakai? Apakah saya akan menghemat Rp.1 juta,- untuk membeli ponsel atau laptop terbaik, sesuatu yang akan saya gunakan setiap hari setidaknya selama beberapa tahun? Apakah saya akan berpikir dua kali untuk membantu penggalangan dana sosial teman? Bukan itu!
Nilai adalah sesuatu yang memecahkan masalah saya dan meningkatkan hidup saya. Saya melihatnya sebagai menghilangkan iritasi, sehingga saya dapat berhenti melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan melanjutkan ke hal-hal seperti bekerja untuk mencapai tujuan saya atau meningkatkan waktu istirahat saya.
Nah Sahabat. Bagaimana menurut Anda tentang hubungan kita dengan uang? Penting diingat, bahwa hubungan kita dengan uang adalah hubungan seumur hidup.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College