Ada sebuah pendapat umum, bahwa seberapa pun kita menikmati pekerjaan kita, cepat atau lambat, kita pasti akan melewati masa-masa merasa jenuh, kurang bergairah pada pekerjaan; sedikit bosan, dan merasa kurang puas. Pekerjaan kita tidak lagi menyediakan rasa kepuasan dan pemenuhan diri seperti yang sudah-sudah.
Sebagian besar orang menafsirkan hilangnya semangat seperti ini sebagai pertanda, bahwa mungkin telah memilih karier yang salah, mungkin dalam bidang yang salah, dan sudah waktunya untuk mencari pekerjaan baru, yang akan membangkitkan suka cita dan gairah yang pernah dialami. Namun, sebelum buru-buru menelusuri iklan lowongan kerja, mungkin ada baiknya untuk berhenti sejenak, dan meninjau situasi.
Mengalami rasa bosan secara berkala dalam pekerjaan adalah wajar. Ini hal normal. Kita cenderung membiasakan diri pada keadaan yang dihadapi, dan kadang kehilangan gairah kita. Pada tahun pertama, saat baru memperoleh pekerjaan, mungkin merasa sangat bersuka cita, dan pencapaian ini mendatangkan rasa terpenuhi di dalam diri. Tetapi, jika diamati lebih lanjut dengan pekerjaan yang sama pada tahun kedua, mungkin akan terlihat perbedaan dalam sikap.
Prinsip Penyesuaian Diri menyatakan, bahwa seperti apa pun sukses atau keberuntungan yang kita alami, atau sebaliknya, apa pun kesulitan atau tragedi yang kita hadapi; cepat atau lambat, kita cenderung menyesuaikan diri pada keadaan yang baru itu. Dan, akhirnya berpaling kembali pada tataran kebahagiaan yang biasa kita alami dari hari ke hari, dari waktu ke waktu.
Sebuah penelitian psikologi, menemukan, bahwa dalam waktu enam bulan setelah mengalami kemalangan, atau pun kejadian yang menyenangkan; para subjek penelitian akan kembali pada suasana hatinya seperti biasa, dan tidak tertinggal efek sisa dari kejadian sebelumnya.
Jadi, ketika Anda dipercaya menjadi CEO (Chief Executive Officer) untuk memimpin perusahaan, atau saat Anda tiba-tiba mengalami kegagalan yang paling meluluh-lantakkan dalam pekerjaan. Namun dalam menjalani prosesnya, mungkin kurang dari setahun pun, Anda akan merasakan bahwa Anda kurang lebih dalam kondisi mental sama seperti sebelumnya.
Tentu saja ini ada alasannya. Dari sudut pandang Teori Darwin, berpendapat bahwa sifat ini berakar pada masa lalu manusia sebagai spesies makhluk hidup. Sifat ini merupakan suatu kemampuan penyesuaian diri, yang memungkinkan untuk bertahan hidup.
Jadi, jika seseorang selalu merasa bahagia karena sukses atau pencapaiannya, dan terus menerus berada dalam suasana kegirangan yang mendalam, maka motivasi untuk terus mengembangkan kemampuan baru guna bertumbuh dan maju, akan cenderung padam. Hal tersebut dapat mengakibatkan hilangnya inisiatif.
Demikian juga, jika seseorang memiliki kecenderungan untuk mengalami depresi atau terciut hatinya karena kegagalan atau kehilangan sesuatu; apabila berbulan-bulan dan bertahun-tahun berlalu itu tetap melukai mereka sama parahnya dengan saat hari kejadiannya; maka itu akan melumpuhkan mentalnya. Itu juga akan mengurangi kemungkinan untuk bertahan hidup, dan mewariskan kode-kode genetiknya bagi generasi penerusnya.
Inilah sebabnya, mengapa kita membutuhkan hidup yang berimbang. Betapa pun memuaskan pekerjaan kita, mengandalkan pekerjaan kita sebagai satu-satunya sumber kepuasan adalah suatu kesalahan. Sebagaimana manusia membutuhkan makanan bervariasi untuk memasok aneka vitamin dan mineral yang dibutuhkan guna menjaga kesehatan; begitu pula kita membutuhkan beraneka jenis kegiatan yang dapat memasok rasa nikmat dan kepuasan hidup.
Setelah mengetahui bahwa prinsip penyesuaian diri adalah hal wajar, kita dapat mengantisipasi dan mempersiapkan diri dengan sengaja untuk mengembangkan serangkaian kegiatan yang kita sukai.
Jadi, jika sedang melewati masa-masa sulit dalam pekerjaan, kita dapat berpaling pada keluarga kita, teman-teman, hobi, dan minat kita lainnya sebagai sumber-sumber lain kepuasan kita. Jika kita menggeser minat dan perhatian pada kegiatan-kegiatan lainnya untuk sementara waktu, pada akhirnya siklus akan mengayun kembali, dan kita dapat kembali bekerja dengan minat dan semangat yang terbarukan.
Jadi, hidup bahagia itu seharusnya bervariasi, lebih utuh, dan lengkap. Tidak selayaknya seseorang lebih memusatkan diri hanya pada pekerjaan dan atau uang. Sehingga dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan ini penuh keberlimpahan dan kebahagiaan sejati.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College