Falsafah Jawa Kuno: Sedulur Papat, Kalima Pancer, memiliki makna spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar dalam falsafah tersebut berbicara tentang kelahiran seorang manusia (jabang bayi), yang tidak lepas dari empat duplikasi penyertanya. Duplikasi tersebut dimaknai sebagai SEDULUR (saudara), yang tak kasat mata, menyertai kehidupan seseorang sejak lahir hingga matinya.
Keberadaan kita hidup di dunia tidak sendiri saja. Sejak kita dilahirkan melalui rahim ibu kita, TUHAN sudah menitahkan adanya penjaga-penjaga yang senantiasa mendampingi kita dalam alam dunia ini. Dan sesuai perintah TUHAN, para penjaga tersebut dengan setia berada di sisi kita, bahkan sampai sekarang.
Istilah Sedulur Papat, Kalima Pancer, diketahui bersumber dari Suluk Kidung Kawedar atau disebut pula Kidung Sarira Ayu. Suluk ini diyakini masyarakat sebagai karya Sunan Kalijaga, sekitar abad 15-16 M.
Sebelum membahas lebih jauh tentang Sedulur Papat, Kalima Pancer, kita simak dahulu dua bait kidung, pada bait 41 dan 42 tertulis Sedulur Papat, Kalima Pancer, berikut ini:
Ana kidung akadang premati//Among tuwuh ing kuwasanira//Nganakaken saciptane//Kakang kawah puniku//Kang rumeksa ing awak mami//Anekakaken sedya//Pan kuwasanipun adhi ari-ari ika//Kang mayungi ing laku kuwasaneki//Anekaken pangarah//Ponang getih ing rahina wengi//Angrowangi Allah kang kuwasa//Andadekaken karsane//Puser kuwasanipun//Nguyu uyu sambawa mami//Nuruti ing panedha//Kuwasanireku//Jangkep kadang ingsun papat//Kalimane pancer wus dadi sawiji//Nunggal sawujud ing wang.
Berikut ini penjabaran singkat Sedulur Papat, Kalima Pancer:
WATMAN : yaitu rasa cemas / khawatir dari seorang ibu ketika hendak melahirkan anaknya. Ibu harus berjuang antara hidup dan mati dalam proses kelahiran. Watman adalah saudara tertua, yang menyiratkan betapa utamanya sikap menaruh hormat dan sujud pada orang tua khususnya ibu. Kasih sayang, perhatian dan doa ibu adalah kekuatan yang akan mengiringi perjalanan hidup sang anak.
WAHMAN : yaitu kawah atau air ketuban. Fungsi air ketuban adalah menjaga agar janin dalam kandungan tetap aman dari goncangan. Ketika proses kelahiran terjadi, air ketuban pecah dan musnah menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.
RAHMAN : yaitu darah persalinan. Darah adalah gambaran kehidupan, nyawa dan semangat. Darah persalinan pada akhirnya musnah dan menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara yang memberi semangat dalam perjuangan mengarungi kehidupan. Darah juga gambaran kesehatan jasmani dalam hidup seseorang.
ARIMAN : yaitu ari-ari atau plasenta. Fungsi ari-ari adalah sebagai saluran makanan bagi janin dalam kandungan. Ariman adalah saudara tak kasat mata yang menolong seseorang untuk dapat mencari nafkah dan memelihara kehidupannya.
Dan, sebagai yang Kelima adalah PANCER (Pusat) yaitu si jabang bayi itu sendiri. Ketika jabang bayi itu lahir, tumbuh dan dewasa, maka ia tidaklah sendirian. Keempat saudaranya WATMAN, WAHMAN, RAHMAN dan ARIMAN senantiasa menemani secara metafisik. Mereka adalah saudara penolong dalam mengarungi kehidupan hingga seseorang kembali lagi pada Sang Pencipta.
PANCER atau Pusat, juga dimaknai sebagai “Ruh” di dalam diri manusia, yang akan mengendalikan KESADARAN seseorang agar tetap “Eling lan Waspada”, selalu ingat pada Sang Pencipta dan menjadi insan bijaksana. Jadi, SEDULUR PAPAT berperan sebagai potensi dan energi aktif, sedangkan PANCER sebagai pengendali kesadarannya.
Kesadaran kosmik tentang adanya saudara penyerta dalam falsafah Sedulur Papat Kalima Pancer, pada akhirnya akan mengaktifkan potensi dalam diri seseorang. Seseorang yang mampu menggali potensi Sedulur Papat Kalima Pancer, akan menjadi orang sukses seutuhnya. Pada tingkat kesadaran tertentu, orang tersebut bahkan dipercaya dapat mencapai “kesaktian”, punya kuasa supranatural.
Dalam persepsi moralitas dan spiritualitas, orang dengan KESADARAN Sedulur Papat Kalima Pancer, dapat dimaknai sebagai orang yang memiliki Etika Tinggi. Etika ini mencakup seluruh aspek kehidupan dalam berbagai hubungan dan perannya dalam masyarakat, dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, kerohanian, kesehatan maupun hubungan-hubungan sosial lainnya. Banyak orang mengklaim dirinya sukses, tapi hanya dalam karir profesional atau bisnis saja, sedangkan rumah tangganya berantakan, tubuhnya sakit-sakitan, jiwanya tertekan. Ini bukanlah sukses sejati.
Falsafah Sedulur Papat Kalima Pancer, merupakan falsafah dasar, yang dapat dikembangkan dalam berbagai pedoman atau pakem Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari pasaran Jawa: Legi (Timur), Pahing (Selatan), Pon (Barat), Wage (Utara) dan Kliwon (Tengah/Pusat). Falsafah ini sering juga disebut Kiblat Papat Lima Pancer, yang diartikan sebagai empat arah mata angin yaitu Timur, Selatan, Barat dan Utara, sedangkan Lima Pancer yaitu Tengah.
Dalam tradisi kisah pewayangan juga dikenal Tokoh Punakawan: Semar, Petruk, Gareng, Bagong, yang menemani dan melayani tokoh pusat yaitu Arjuna. Hal ini juga menggambarkan Empat Kuda pada kereta perang Arjuna yang dikendalikan oleh Krisna.
Pada periode Islam Jawa, dikenal pula keyakinan tentang malaikat penyerta yaitu Jibril, Mikail, Israfil, dan Izra’il, yang akan membawa seseorang mencapai Sidrathul Muntaha, atau menyertai hidup manusia hingga mati menghadap kepada Sang Ilahi.
Falsafah Jawa selalu sarat dengan perlambangan, sehingga kaya akan interpretasi tanpa mengeliminasi substansi-nya. Falsafah Sedulur Papat Kalima Pancer, secara normatif dapat berupa perlambangan untuk makna yang jauh labih hakiki. SEDULUR PAPAT, menggambarkan elemen dasar dalam diri manusia, yaitu: Cipta, Rasa, Karsa dan Karya.
CIPTA adalah pikiran, sumber dari segala logika, idea, imajinasi, kreativitas dan ambisi. Pikiran adalah manipulasi otak atas informasi untuk membentuk konsep, penalaran dan pengambilan keputusan.
RASA adalah emosi atau reaksi afekif atas peristiwa dan pengalaman hidup. Berbagai ekspresi emosi begitu kaya, bahkan jauh lebih kaya daripada bahasa yang dapat mengungkapkannya.
KARSA adalah kehendak atau niat, yaitu motivasi dalam diri individu untuk melaksanakan keputusan dan rencananya. Seseorang dapat termotivasi oleh rangsangan dari luar, namun sebaliknya juga dari dalam dirinya sendiri.
KARYA adalah tindakan, yaitu aspek psikomotor dalam diri individu yang menghasilkan suatu wujud konkret, sehingga dapat dikenali dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya.
Keempat elemen dasar dalam diri manusia tersebut, akan menjadi “efektif” apabila manusia tersebut dikontrol oleh PANCER sebagai kunci yang disebut dengan KESADARAN, yang biasa diistilahkan dengan “Eling”. Di sinilah letak perjuangan spiritual sesungguhnya.
Ketika KESADARAN mampu dibuka, maka potensi 4 elemen dasar manusia ini akan menjadi kekuatan “quantum” yang luar biasa, memiliki daya ledak, membentuk seseorang menjadi insan seutuhnya, sukses lahir batin, Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu.
Demikianlah sekilas penjabaran tentang Falsafah Jawa Kuno: SEDULUR PAPAT, Kalima PANCER atau sering juga disebut KIBLAT PAPAT, LIMA PANCER; dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami.
Rahayu Sagung Dumadi.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College