1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (330 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...
Published on: April 22, 2008 - 10:00 PM

Karomah Syeikh Abdul Qodir Al Jilani

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi ALLAH yang telah mengutus Nabi Muhammad SAW, dengan syariat yang sempurna, dan agama yang murni. Serta menghiasi risalah Nabi Muhammad dengan mukjizat yang mengalahkan musuh, dan terang benderang.

Dan, menguatkannya dengan sahabat-sahabat yang pemberani, dan menerima petunjuk yang benar, serta memberi keistimewaan kepada yang DIA (ALLAH) kehendaki di antara pengikut-pengikut Nabi Muhammad, dengan mencapai ketinggian ilmu-ilmu ma’rifat dan hakikat. Serta menumpahkan kepada mereka, pemberian langsung dari sisi-NYA, yang banyak bagai lautan, berupa ilmu lathifah yang indah, dan ilmu agama yang bersinar terang bagai matahari yang dapat melunakkan hati, sehingga mereka menjadi pemimpin yang ahli dalam memberi petunjuk dan menuntun umat kepada ALLAH SWT.

Inilah sebagian keterangan dari hal ihwal wali qutub, ahli ma’rifat kepada ALLAH, ahli memberi pertolongan kepada orang yang bertawassul dengannya, yang jadi rajanya para wali ahli ma’rifat, menjadi pemimpin para ulama ahli suluk (Thoriqot Al Mu’tabaroh), pemimpin orang-orang mulia, dan sandaran yang murah hati, mulia keturunannya, berderajat tinggi, dan mempunyai majelis yang luas, yaitu: Asysyaikhi Abdul Qodir Al Jilani ra.

Syeikh Abdul Qodir Al Jilani dilahirkan di desa Jilan pada tahun 471 H, sebuah negeri yang terpisah keluar dari negeri Thabaristan. Ketika masih menyusui, beliau tidak mau menyusu pada siang hari Ramadhan, karena pertolongan dari ALLAH SWT. Dan, ketika menginjak dewasa, beliau menimba ilmu kepada para Masyayih yang mempunyai derajat dan ilmu tinggi. Beliau, ketika menuju ke tempat pengajian dan tempat-tempat keutamaan lainnya, langkah kakinya jauh lebih cepat dari kecepatan terbang burung Suari.

Beliau berperilaku seperti perilaku guru mursyidnya. Beliau selalu dijaga oleh ALLAH yang selalu memberikan pertolongan-NYA, sehingga beliau dapat meniti tanngga kesempurnaan, sebab hikmahnya yang tinggi. Selama 25 tahun mengembara di padang pasir dan tanah-tanah kosong negeri Irak, beliau tidak mengenal seorang pun, dan tidak dikenal oleh mereka. Pada awalnya, beliau menemui beberapa bahaya, namun semua kesulitan dan ancaman, beliau lalui.

Beliau memakai jubah bulu, menutup kepalanya dengan sepotong kain, berjalan tanpa alas kaki karena tidak punya alas kaki yang dapat dipakainya. Beliau makan buah dari pepohonan, sampah sayuran yang terbuang, daun rumput di pinggir sungai. Beliau tidak pernah tidur dan minum kecuali sedikit.

Pada suatu saat, beliau tidak makan apa-apa, kemudian datanglah seseorang kepada beliau, dengan penuh hormat memberi sekantong dirham. Kemudian beliau mengambil sebagian dirham untuk membeli roti dan kue. Lalu beliau duduk untuk memakannya, tiba-tiba ada sepucuk surat datang, tertulis di dalamnya: “Sesungguhnya, dijadikannya kesenangan-kesenangan itu bagi hamba-hamba-KU yang lemah, untuk dipergunakan sebagai wasilah untuk taat. Ada pun orang-orang kuat, mereka tidak punya keinginan-keinginan tersebut.” Setelah membaca surat itu, beliau tidak jadi makan. Kemudian beliau menghadap kiblat, shalat dua raka’at. Beliau paham, bahwa sesungguhnya beliau selalu terjaga dan selalu mendapat penjagaan dan pertolongan ALLAH.

Pada permulaan masuk ke negeri Irak, beliau ditemani oleh Nabi Khodlir A.S, yang waktu itu beliau belum mengenalnya. Nabi Khodlir memberi perjanjian pada beliau untuk tidak selisih janji, yang menjadi sebab perpisahan. Duduklah di sini, kata Nabi Khodlir, maka duduklah beliau di tempat yang ditunjuk … selama tiga tahun. Nabi Khodlir datang menjenguk setahun sekali, “Janganlah engkau tinggalkan tempatmu hingga aku datang kepadamu.”

Setiap kali berhadats, beliau langsung berwudlu, dan tidak pernah mennggung hadats sama sekali. Beliau selalu menjaga kebiasaan tersebut, sehingga mencapai maqom wushul pada ALLAH SWT. Beliau tidak menjaga kecuali apa yang semestinya dijaga. Beliau pernah berpura-pura bisu dan gila, sehingga dibawa ke rumah sakit jiwa beberapa kali, sampai beliau terlihat akan kewaliannya. Beliau melebihi ulama-ulama sezamannya, dalam hal keilmuan, amal, kezuhudan, ma’rifat pada ALLAH, kepemimpinan, dan diterima masyarakat.

Dikisahkan, suatu saat ada 100 ulama ahli fiqih Baghdad berkumpul, mendatangi untuk mencoba beliau, yang masing-masing telah menyiapkan beberapa masalah. Setelah mereka duduk, beliau menundukkan kepala, dan tampaklah dari dada beliau … CAHAYA … yang menyinari dada ulama-ulama tersebut, yang menghapus apa yang mereka simpam di dalam dada. Lalu mereka bingung, berteriak-teriak ketakutan, menyobek-nyobek pakaian mereka dan membuka tutup kepala. Setelah itu, beliau duduk di atas kursi, menjawab semua persoalan mereka.

Kemudian mereka mengakui kelebihan dan tunduk kepada beliau, saat itu juga. Beliau mengajarkan 13 ilmu: tafsir, hadits, khilaf, ushul, nahwu, qiro’ah, dan lain-lain. Beliau berfatwa tentang madzab Imam Syafi’i dan madzab Imam Ahmad bin Hambali. Ulama-ulama Irak heran dengan fatwa beliau, dan berkata: “Maha suci ALLAH yang telah memberi beliau.”

Pada suatu saat, dipertanyakan suatu pertanyaan kepada beliau, yang mana pertanyaan itu tidak dapat dijawab oleh para ulama, yaitu: ada seorang lelaki yang bersumpah bila ia jadi men-talak istrinya 3 kali, maka ia harus beribadah sendirian, tanpa bersamaan dengan orang lain pada saat itu. “Bagaimana jalan keluarnya agar ia tidak melanggar sumpahnya?” Dengan seketika beliau menjawab: “Caranya, orang tersebut datang ke Makkah Al Mukaromah, kemudian mencari waktu ketika tempat thowaf kosong, kemudian ia thowaf 7 kali, maka terbebaslah ia dari sumpahnya.”

Beliau tidak mau memuliakan orang kaya karena kekayaannya, dan tidak pula mau berdiri karena hormat kepada para pemimpin dan pejabat pemerintah. Seringkali, beliau saat duduk santai, melihat seorang kholifah yang mau berkunjung kepada beliau, lalu beliau masuk untuuk berqolwat. Beliau mau keluar, setelah kholifah itu sampai ke tempat beliau. Beliau tidak pernah datang ke seorang menteri atau pun raja.

Dan, beliau sama sekali tidak mau menerima hadiah dari seorang kholifah pun. Sehingga seorang kholifah mencela beliau karena sikapnya itu. Lalu beliau berkata kepada kholifah, “Kalau begitu, mana hadiah yang akan kau berikan? Bawalah ke sini sendiri.” Datanglah kholifah itu dengan membawa buah apel. Tiba-tiba tiap-tiap buah apel itu penuh dengan darah dan nanah. “Atas dasar apa engkau mencela aku karena aku tidak mau menerima dan memakan buah ini? Sedangkan buah-buahan itu penuh dengan darah manusia?” tanya beliau. Maka kholifah tersebut beristighfar dan bertobat kepada ALLAH di hadapan beliau. Setelah itu, kholifah itu sering datang ke beliau seperti orang biasa, kemudian ia belajar kepada beliau hingga meninggal dunia.

Beliau dengan kebesarannya, ketinggian derajatnya, dan kepopulerannya, masih tetap menghormat kepada orang-orang fakir, duduk-duduk dengan mereka, serta mau mengambilkan kutu dari pakaian mereka. Beliau berkata, “Orang fakir yang sabar itu lebih utama dari orang kaya yang mau bersyukur. Sedangkan orang fakir yang mau bersyukur, itu lebih utama dari keduanya. Ada pun, orang fakir penyabar, dan mau bersyukur kepada ALLAH, itu lebih utama dari semuanya. Tidaklah suka dan merasa enak dengan suatu musibah, kecuali orang yang mengetahui Dzat yang menimpakannya (ALLAH SWT).”

Beliau berkata, “Ikutilah Sunnah Rasul, dan janganlah berbuat bid’ah, taatlah kepada ALLAH, janganlah kamu keluar dari agama Islam. Bersabarlah kamu sekalian, dan janganlah gelisah. Berharaplah akan datangnya kelapangan, janganlah berputus asa. Berkumpullah kamu sekalian untuk mengingat ALLAH, dan jangan bercerai-berai. Bersihkanlah diri kalian dengan bertobat atas dosa-dosa dan jangan kau kotori dengan dosa lagi. Janganlah berhenti mengetuk pintu rahmat Tuhanmu.”

“Janganlah engkau memilih untuk menarik kenikmatan, atau pun menolak bencana, sebab nikmat-nikmat itu datang kepadamu karena pembagian ALLAH, baik kau minta atau pun tidak. Bencana pasti datang kepadamu, sekali pun kamu tidak suka. Maka berserah dirilah kepada ALLAH atas segalanya. ALLAH berbuat sesuai dengan kehendak-NYA. Jika datang kepadamu nikmat-nikmat ALLAH, maka sibuklah dengan berdzikir dan bersyukur. Dan, jika datang kepadamu bencana, maka sambutlah dengan sabar dan menerima dengan kerelaan hati.”

“Dan jika engkau ingin menjadi orang yang berderajat tinggi di sisi ALLAH, maka tatkala engkau ditimpa bencana, sambutlah dengan senang hati, dan anggaplah itu suatu kenikmatan. Dan, ketahuilah bahwa tidaklah suatu bencana datang kepada seorang mukmin untuk menghancurkannya, melainkan ia datang untuk mengujinya.”

Diantara karomah Syeikh Abdul Qodir Al Jilani. Suatu saat ada burung rajawali lewat di atas majelis beliau, pada waktu itu angin kencang berhembus. Suara rajawali tersebut membuat kekacauan atas hadirin. Berkatalah beliau, “Hai angin, potonglah kepalanya!” Maka saat itu juga burung rajawali terjatuh dan terputus kepalanya. Kemudian beliau turun dari kursi, mengambil burung rajawali itu dan menyambungkan kembali kepalanya, sambil membaca “Bismillahirrahmanirrahim”, maka dengan izin ALLAH, burung rajawali tersebut hidup dan terbang kembali. Kejadian ini disaksikan oleh banyak orang.

Diantara keramat beliau, bahwasanya Abu Umar Usman Ash Shoirofi dan Abu Muhammad Abdul Haq Al Harimi, berkata: “Kami pernah berada di sisi beliau, di madarasahnya pada hari Ahad, tanggal 3 Safar tahun 555 H. Beliau berwudlu dengan memakai terompah, lalu melakukan sholat sunnah 2 raka’at. Setelah selesai salam, beliau berteriak keras sambil melempar salah satu terompahnya ke atas hingga tidak kelihatan. Kemudian melempar kedua kalinya dengan terompah satunya lagi, sampai tidak kelihatan. Kemudian beliau duduk, dan tidak satu pun orang berani menanyakan peristiwa itu.

Selang 23 hari, datanglah kafilah dari negeri Ajam, mereka berkata, “Kami semua mempunyai nadzar untuk Syeikh, maka berilah kami izin untuk bertemu beliau.” Beliau berkata (kepada kami berdua): “Terimalah nadzar mereka!” Kemudian mereka memberi kami, sebagian dari emas dan beberapa pakaian sutera, serta terompah (milik Syeikh yang dulu dilemparkan). Lalu, kami bertanya kepada mereka, maksud semua ini. Mereka menjawab, “Pada hari Ahad, tanggal 3 bulan Safar, kami mengadakan perjalanan untuk dagang. Tiba-tiba datang segerombolan orang Arab Badui, dengan 2 komandan, merampok harta benda kami.”

“Lalu kami beristirahat di dekat sebuah lembah. Kemudian kami berbincang, bagaimana kalau kita washilah dengan menyebut Syeikh Abdul Qodir Al Jilani? Kemudian kami bernadzar untuk beliau, sebagian dari harta kami akan kami serahkan kepada Syeikh, jika kami selamat. Setelah kami berwashilah dan bernadzar, tiba-tiba kami dengar jeritan keras, dua kali, yang memenuhi lembah. Kami lihat para perampok gemetar ketakutan. Kami mengira mereka diserang perampok lain, yang mau merampas milik mereka.”

Setelah itu, datanglah sebagian dari mereka, memanggil kami, “Kemarilah, lalu ambillah harta bendamu, dan lihatlah apa yang menimpa kami.” Kemudian mereka mengajak kami, mendatangi komandan mereka. Di situ kami temui keduanya telah tergeletak mati. Dan, di dekat masing-masing mayatnya, terdapat terompah yang masih basah. Kemudian mereka mengembalikan apa yang telah mereka rampas dari kami, sambil berkata, “Kejadian ini menyimpan cerita yang sangat menakutkan bagi kami.” Semoga perampok tersebut jerah dan bertobat kepada ALLAH SWT.

Demikian sekelumit kisah nyata dari Syeikh Abdul Qodir Al Jilani ra, dirangkum dari berbagai sumber di kalangan pesantren. Semoga dapat kita ambil hikmah dan manfaatnya. Amien Yaa Robbal ‘Alamien..

Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Twitter: @Wuryanano

Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (330 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...

Leave a Comment

Your email address will not be published.