Baru-baru ini, saya melatih seorang manajer dari sebuah perusahaan asuransi, untuk meningkatkan keahlian presentasinya. Penampilannya terlihat seperti wanita pebisnis yang andal, namun terkesan kaku dan formal. Ketika kami mengamati rekaman presentasinya, ia mengaku telah mengembangkan citra ini untuk memperoleh respek orang lain, meskipun sebenarnya ia adalah orang yang penuh energi, ceria dan suka bicara hal-hal yang menyenangkan ketika di rumah. Namun, hal-hal yang ada pada dirinya tersebut, tidak mampu ia tunjukkan di tempat kerja.
Kami sepakat dan berpendapat bahwa ia harus lebih santai dalam mengungkapkan bahasa tubuhnya, saat memberikan presentasi, menggunakan sikap tubuh yang lebih luwes, dan lebih banyak tersenyum. Tujuannya adalah agar ia terlihat lebih ceria, dan dapat menjadi dirinya sendiri.
Ada peraturan sederhana mengenai hal ini. Ketika Anda menjadi “diri sendiri”, bahasa tubuh Anda selaras dengan pesan yang Anda sampaikan. Artinya, apa yang Anda katakan dan bagaimana Anda, terlihat menyatu ke dalam sebuah bentuk komunikasi yang kuat, tanpa ada gangguan. Anda pun terlihat tulus dan jujur.
Bagaimana Anda terlihat pada saat berbicara memang merupakan hal yang penting. Meskipun kita mengetahui betapa pentingnya bahasa tubuh dalam konteks dampak, kita masih terlalu fokus pada masalah isi — apa yang kita katakan, BUKAN bagaimana kita mengatakannya. Menurut para peneliti komunikasi, bahasa tubuh dalam komunikasi memberikan dampak 55% sampai 80%. Jadi, dapat dikatakan, bahasa tubuh itu penting! Manusia sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat, dan hal ini menjelaskan mengapa bahasa tubuh menjadi sangat penting.
Saya tahu bahwa kebanyakan orang dibesarkan dengan konsep menjadi “profesional”. Hal ini menjadi alasan untuk menjadi “tidak hanya serius”, tetapi juga “kaku dan membosankan”. Siapa yang mengatakan kepada Anda, bahwa ketika berhadapan dengan banyak orang, atau ketika berhadapan dengan orang lain yang baru Anda kenal; Anda berubah dari orang normal yang ramah — menjadi manusia kaku yang membosankan?
Hal-hal seperti itu sering terjadi di dalam perusahaan, apalagi khususnya di dalam pemerintahan, di mana kekuasaan tampaknya berkaitan langsung dengan meningkatnya kesombongan, berkurangnya kontak mata, dan lebih banyak menyuruh daripada meminta. Efeknya pada karyawan atau anak buah terkesan merendahkan secara keseluruhan. Semakin senior posisi seseorang di sebuah perusahaan atau pemerintahan, semakin kecil kemungkinan orang lain memberikan umpan balik atas komunikasinya. Dan, ketika perusahaan atau instansi pemerintahan menyederhanakan dan merampingkan struktur organisasinya, hasilnya adalah otoritas dan formalitas menjadi berkurang. Orang-orang yang terbiasa bersembunyi di belakang status posisi dan peranan mereka, akan merasa bingung bagaimana harus bersikap.
Dalam konteks bisnis, sangatlah penting untuk memahami arti dari beberapa tanda khusus secara non-verbal — bahasa tubuh, agar Anda dapat mengambil langkah yang tepat. Anda harus mengamati bahasa tubuh, bukan sekadar perilakunya. Kenalilah dengan baik serangkaian sinyal yang Anda lihat pada tanda non-verbal khusus itu. Kemampuan Anda untuk dapat mengenali bahasa tubuh dan bereaksi di hadapan orang lain adalah sangat penting untuk mengetahui apakah seorang klien, pelanggan, atau pun pemimpin, menaruh perhatian pada kata-kata
Anda, atau malah tidak tertarik sama sekali. Dan ingatlah, bahwa Anda selalu dapat memeriksanya kembali, karena hal ini mencakup 55% sampai 80% dari komunikasi.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter : @Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College