SIAPAKAH SABDO PALON NOYO GENGGONG?
Ada banyak versi kisahnya. Kali ini, saya akan menunjukkan satu versi untuk Mengetahui Sabdo Palon. Kita bahas Grojogan Sewu terlebih dahulu. Grojogan Sewu selama ini terkenal sebagai salah satu air terjun di Kecamatan Tawang Mangu Solo. Grojogan Sewu ini sebenarnya nama dari seorang tokoh sakti, dimana dia melakukan Tapa Bratanya di lokasi itu dalam rangka mencapai Ilmu Kesempurnaan.
Grojogan Sewu adalah seorang sais dokar. Kisah awalnya dimulai ketika beliau berkenalan dengang seorang pengembara bernama Rangga Seta yang menumpangi dokarnya. Melihat pengembara itu menggunakan pakaian jubah & sorban di kepala yang berbeda dengan adat Jawa, maka beliau bertanya kepada pengembara itu, “Dari mana anda berasal?” Rangga Seta tidak menjawab dari mana ia berasal, tetapi menjawab pertanyaan tersebut; “Saya saudara kamu, karena semua manusia bersaudara anak keturunan Adam.”
Mendengar jawaban tersebut, Grojogan Sewu tersentuh sekaligus penasaran, karena orang yang baru dikenalnya menganggap saudara. Dia kembali bertanya, “Siapa Adam?”
“Adam adalah Nenek Moyang saya, anda dan semua manusia.” Mendengar jawaban seperti itu, Grojogan Sewu semakin tertarik lebih jauh dan meminta Rangga Seta untuk bersedia mengajarkan Ilmu Pengetahuan kepadanya.
Rangga Seta balik bertanya kepada Grojogan Sewu, “Mengapa anda Ingin Belajar?” “Karena saya ingin cerdas dan ingin pandai,” jawab Grojogan Sewu. “Memang manusia harus pandai, harus mau berpikir karena itu perintah Ilahi,” tegas Rangga Seta.
Melihat niat belajar, sikap ingin tahu dan memang terlihat bakat kecerdasan dari Grojogan Sewu, maka Rangga Seta pun bersedia mengajarkan kepada Grojogan Sewu. Proses belajar pun dimulai dengan materi “Aji Kalimasada”.
Karena memang bakat kecerdasan dan niatnya bersungguh-sungguh, maka proses belajar Grojogan Sewu pun berjalan dengan cepat. Pada Saat pelajaran ujian terakhir Grojogan Sewu di perintahkan untuk semedi di suatu tempat oleh Rangga Seta.
Grojogan Sewu bertanya di manakah tempat semedi itu, Rangga Seta pun mengarahkan tangannya menunjuk ke suatu tempat, dimana terlihat air terjun dari kejauhan, “Bersemedilah kamu di sana, di balik air terjun itu ada Goa, dan Goa itulah tempatnya.”
Mendengar perintah dari Rangga Seta, Grojogan Sewu pun menyanggupinya. Perintah semedi ini sekaligus perpisahan antara Grojogan Sewu dengan Rangga Seta. Pada saat itu Rangga Seta mengatakan suatu saat kita akan bertemu lagi dan beliau berpesan jadilah insan yang bermanfaat dan tegakkanlah keadilan.
Setelah perpisahan tersebut, Grojogan Sewu kembali menoleh ke arah di mana letak air terjun itu, namun air terjun itu tidak terlihat, dan Grojogan Sewu pun akhirnya menelusuri ke arah yang tadi ditunjukkan oleh Sang Guru.
Kisah proses pencarian lokasi semedi yang dilakukan Grojogan Sewu ini sama halnya dengan Prabu Kian Santang ketika diperintahkan oleh Syaidina Ali untuk mencari sebuah bukit, yang akhirnya tiba di wilayah Bukit Godog Garut.
Setelah berhasil menemukan tempat semedinya, maka Grojogan Sewu melakukan semedi hingga selesai, dan paripurnalah “Aji Kalimasada” nya.
Selain berguru kepada Rangga Seta, Grojogan Sewu pun belajar kepada Semar Badranaya. Dari Semar Badranaya inilah beliau diberikan “Cemeti Amarasuli” yang bentuknya seperti gagang tongkat kurang lebih panjangnya 30 cm, jika senjata ini digunakan maka akan terlihat cahaya menyala seperti pedang maupun cemeti.
Grojogan Sewu dalam kisah selanjutnya adalah pembimbing raja-raja Nusantara dan para Wali, karena beliau diberikan semacam wewenang/mandat dari Semar Badranaya untuk mengajarkan Hikmah dan Ilmu Kesempurnaan kepada para raja & para wali di Nusantara. Hampir semua raja di Nusantara dibimbing oleh beliau, salah satunya adalah Raja Brawijaya yang menghilang (moksa) di Puncak Gunung Lawu dan Prabu Siliwangi Raja Pajajaran, yang Tilem Ngahiyang (Fana fillah).
Hubungan Kisah Grojogan Sewu dengan Sabdo Palon
Grojogan Sewu adalah gelar seorang insan yang mampu mengajarkan Ilmu, mengucurkan ilmu, laksana air yang mengucur, Grojogan Sewu = Seorang yang mengucurkan ilmu atau orang berilmu (menguasai ajaran dan pintu ilmu pengetahuan), sehingga dia mendapatkan mandat/wewenang untuk mendidik para raja Nusantara maupun para Wali.
Setiap ucapan Grojogan Sewu atau ketika beliau mencurahkan ilmu kepada para muridnya, maka ucapan Grojogan Sewu itu disebut Sabdo. Ucapan Grojogan Sewu adalah Sabdo. Lalu maksud Palon itu apa? Palon artinya Filosofi, yang mengandung hikmah tinggi dan dalam.
Jadi pada saat Grojogan Sewu memberikan materi pengajaran atau segala ucapan/sabdo yang mengandung hikmah amat dalam, para Raja Nusantara maupun para Wali menjuluki ucapan Grojogan Sewu ini dengan SABDO PALON.
Setiap Grojogan Sewu mengeluarkan sabda-sabdanya di hadapan raja-raja Nusantara itu dilantunkan seperti tembang atau syair yang merdu. Ada intonasinya dan diiringi oleh gerakan tubuh maupun tangannya. Jadi nuansa pengajarannya itu enak didengar dan dilihat, sehingga mudah dingat dan dipahami. Inilah yang dinamakan NOYO GENGGONG.
Jadi “Noyo Genggong” itu adalah gaya mengajar Grojogan Sewu, ketika mengucapkan sabdanya seperti melantunkan tembang dan dengan diiringi gerakan anggota tubuh. Jadi, Sabdo Palon dan Noyo Genggong itu adalah Grojogan Sewu.
Grojogan Sewu mempunyai Senjata Cemeti Amarasuli seperti dijelaskan di awal dari Semar Badranaya, dan memiliki Aji Kalimasada dari Rangga Seta.
Grojogan Sewu juga mengajarkan ilmu-ilmunya kepada Raja Brawijaya yang menghilang moksa di Gunung Lawu. Beliau juga mengajarkannya kepada Prabu Siliwangi yang juga moksa (menghilang) seperti Raja Brawijaya.
Kedua Raja tersebut dibimbing oleh Grojogan Sewu, dan meninggalkan kisah serta pesannya untuk generasi yang akan datang.
Air Terjun Grojogan Sewu
Demikian sekilas kisah SABDO PALON NOYO GENGGONG untuk diketahui.
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College
Twitter: @Wuryanano