1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (281 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...
Published on: February 8, 2011 - 3:00 PM

Fenomena PEMECAHAN Masalah Dalam TIM

Anda pasti sering mendengar atau membaca “Tim” ini di berbagai kesempatan. Memang istilah “Tim” ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Jadi, konsep “Tim” bukanlah suatu konsep baru-baru ini, meskipun baru belakangan ini sangat “santer” didengung-dengungkan banyak pihak, khususnya para Eksekutif Perusahaan. Di setiap organisasi atau pun perusahaan apa pun dan dimana pun selalu mempunyai suatu tim tertentu. Sebenarnya sebuah tim dibentuk agar bisa membantu pihak management dalam hal memecahkan suatu masalah atau problem-problem yang terjadi; dengan cara men-desentralisasi-kan pengambilan keputusan sampai di tingkat Tim. Tetapi ternyata di “lapangan” banyak ditemukan kendala, karena kebanyakan suatu tim hanya melakukan sebagian proses kerja, sehingga kurang dapat melihat kepentingan organisasi secara menyeluruh.

Kebanyakan dari sisi pola pikir anggota tim adalah berusaha menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin, kemudian mereka menyerahkannya ke bagian lain untuk ditindaklanjuti. Kendala dalam proses berpikir masing-masing anggota tim inilah yang sering menyebabkan tim tidak bisa bekerja secara optimal, sehingga berakibat kurangnya kepercayaan pihak management terhadap fungsi suatu tim; karena menganggap tim tidak mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Pola berpikir masing-masing anggota tim inilah yang semestinya perlu disinergikan terlebih dulu, sehingga proses pemecahan masalah bisa menghasilkan suatu keputusan sesuai tujuan organisasi.

Di dalam teori pemecahan masalah, sebenarnya ada dua macam proses berpikir yang kita kenal, yaitu berpikir convergent dan berpikir divergent. Kedua macam proses berpikir ini berbeda sifatnya dalam hal menangani dan memecahkan suatu permasalahan. Dalam hal pemecahan masalah di suatu organisasi, umumnya menggunakan pendekatan kedua macam cara berpikir tersebut. Menurut teori berpikir kelompok (tim), pada umumnya orang berada pada alur Berpikir Convergent sifatnya mengurangi, menciptakan gambaran lebih sempit dan lebih rinci sebelum bertindak dan sedikit sekali rasa percaya diri atas kemampuan berpikirnya. Akibatnya, mereka cenderung menerima pendapat, pandangan dan cara bertindak yang diusulkan oleh kelompok minoritas yang punya pengaruh besar; tidak peduli apakah mereka tahu yang dibicarakan ataukah tidak.

Kebanyakan orang seringkali terjebak dalam mekanisme berpikir kelompok ini, bahkan banyak orang siap meninggalkan pandangannya, dan sering menerima “fakta-fakta salah”, jika suatu ide itu dilontarkan oleh kelompok minoritas yang punya pengaruh kuat. Hal inilah yang biasa dinamakan “kebodohan kolektif”, yaitu sebuah kebodohan melibatkan orang-orang cerdas yang sebenarnya bisa berpikir dan bertindak secara efektif, tetapi karena tuntutan lingkungannya akhirnya menyebabkan mereka memperlihatkan respons yang bodoh dan tidak produktif.

Proses berpikir yang berhubungan dengan pemecahan masalah, selain berpikir convergent, yang satu lagi disebut berpikir divergent, merupakan kebalikan dari convergent. Berpikir Divergent bersifat memperluas gambaran suatu masalah, menyatakan masalah dalam bentuk beraneka ragam, mempertimbangkan dan melihatnya dari berbagai sudut pandang berbeda, mengumpulkan lebih banyak fakta dan ide-ide.

Kedua macam cara berpikir yaitu, berpikir convergent maupun divergent sama-sama punya peranan penting dan efektif dalam suatu pemecahan masalah. Tetapi yang paling penting dalam proses memecahkan suatu masalah adalah mengetahui kapan saat harus menyempitkan suatu masalah (convergent) dan kapan waktunya untuk memperluas dan melebarkannya (divergent). Hal ini penting untuk Anda ketahui, oleh karena pada umumnya orang punya kecenderungan untuk memilih pada satu macam cara berpikir saja.

Jika orang dengan gaya berpikir divergent, maka dia akan banyak mengeluarkan ide-ide baru dan mengembangkan pandangannya dengan sangat flexible; tetapi lebih sering dia tidak mampu menyelesaikan masalah, sebab dia kesulitan memperkecil suatu masalah secara efektif.

Sebaliknya, seorang dengan gaya berpikir convergent, seringkali melompati berbagai kesimpulan yang seharusnya juga dipertimbangkan, dan mengambil keputusan dengan cepat tanpa berupaya menelusuri dari berbagai macam sudut pandang suatu masalah, sering mengabaikan pengembangan permasalahan. Kebiasaan pemikir convergent adalah selalu mempersempit dan menyederhanakan setiap informasi dan cepat mengambil keputusan penyelesaian masalah, sehingga tidak dapat mengeluarkan ide-ide dan pandangan-pandangan baru dan segar.

Semestinya jika Anda terlibat dalam suatu organisasi atau kelompok apapun, hendaknya bisa menggabungkan cara berpikir convergent dan divergent tersebut, kemudian menggunakannya secara flexible menurut kebutuhan situasi dan kondisinya pada saat itu.

Di setiap organisasi, khususnya organisasi yang sudah lama berdiri, umumnya sudah terbentuk sebuah adat kebiasaan. Yaitu sebuah cara mengerjakan hal-hal yang bisa diterima para anggotanya, dan disebutnya dengan “cara yang benar”. Seringkali prosedur, tata tertib atau peraturan yang dianggap layak dan benar dalam sebuah organisasi, dapat hidup dan bertahan karena cocok bagi orang-orang yang melaksanakan, daripada karena keefektifan dalam memperoleh hasil yang diharapkan sebuah organisasi.

Sebuah organisasi biasanya memberikan sejumlah persepsi kepada anggotanya tentang kaidah, norma, nilai-nilai, hadiah dan hukuman. Hal itu biasanya punya pengaruh sangat kuat terhadap orang-orang yang bekerja. Sehingga akhirnya, keterlibatan mereka untuk mau berpikir kreatif, membuat pembaharuan, pemecahan problem dengan logis dan mendukung pendekatan-pendekatan baru; akan sangat bergantung pada “apakah pemimpinnya memberikan hadiah ataukah memberikan hukuman”. Seringkali iklim organisasi menghadiahi kepatuhan, kesamaan / kesesuaian, dan pemecahan problem secara convergent; sebaliknya juga akan memberikan hukuman pada ketidak patuhan, ketidak sesuaian / ketidaksamaan atau bahkan suatu keberanian ambil resiko yang tidak sukses untuk pembaharuan, pasti akan mendapatkan hukuman.

Organisasi seperti ini punya kecenderungan semakin berkurang membantu perkembangan pembaharuan dan semakin mengekang kemunculan sebuah kreativitas, sehingga tinggal menunggu waktu saja untuk kehancurannya. Padahal, dari sudut pandang sebuah organisasi, suatu usaha pembaharuan yang kreatif itu sebenarnya sebagai proses untuk mencari cara-cara baru, pemikiran-pemikiran baru, dan tentu lebih baik dalam rangka mencapai tujuan yang lebih berharga; sehingga dengan demikian akan mendatangkan keuntungan lebih besar lagi bagi organisasi tersebut.

Di suatu organisasi yang sudah memiliki tingkat pemberdayaan tinggi, dan memiliki budaya kepercayaan yang tinggi; suatu tim bisa mempunyai kewenangan mengevaluasi kinerjanya sendiri. Oleh karenanya, tim memiliki kekuasaan cukup besar untuk mengambil sejumlah keputusan penting terkait dengan pekerjaannya. Di sini tim menjalankan berbagai fungsi kepemimpinan dan management seperti merencanakan, menetapkan tujuan, menyusun jadwal dan anggaran, merencanakan pelatihan, serta bertanggung jawab terhadap produk maupun jasa yang dihasilkannya; bahkan tim sudah semestinya juga bertanggung jawab terhadap pelanggan dari organisasi tersebut.

Dalam budaya organisasi semacam itu, suatu tim yang “solid” bahkan bisa mengubah peranan management puncak untuk menjadi “katalisator” dan “fasilitator”; sehingga dengan demikian mereka kini bisa terlepas dari persoalan rutinitas organisasi, yang pada gilirannya nanti pihak management dapat menggunakan waktunya untuk memikirkan hal-hal yang lebih strategis.

Penting untuk Anda ingat di sini adalah, bahwa dalam proses memecahkan suatu masalah di dalam suatu tim organisasi, hendaknya bisa menggabungkan cara berpikir convergent dan divergent secara ideal, sehingga tidak akan terjadi “dead lock” dalam pengambilan keputusan yang tepat, yang nantinya bisa menyebabkan organisasi tersebut mengalami “stagnasi” tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Di sinilah sebenarnya peran kekuatan pikiran bisa dimanfaatkan oleh masing-masing orang di dalam proses pemecahan masalah itu. Jika Anda termasuk di dalamnya, cobalah memanfaatkan kekuatan imajinasi kreatif Anda, biarkan kekuatan pikiran membimbing Anda. Buatlah gambaran positif secara utuh tentang proses pemecahan masalah yang sudah berhasil dengan cemerlang dan sudah menghasilkan suatu keputusan-keputusan luar biasa prima. Jangan terlalu memikirkan situasi dan kondisinya saat ini. Buatlah terlebih dulu “film sukses” Anda dalam proses pemecahan masalah tadi dengan penuh keyakinan, maka setelahnya Anda akan benar-benar berhasil memecahkan masalah yang sebenarnya.

Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Twitter: @Wuryanano

Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (281 votes, average: 5.00 out of 5)

Loading...

Leave a Comment

Your email address will not be published.