Untuk menghormati perjuangan dan keuntungan yang dibuat oleh pekerja dan buruh, maka di hari pertama bulan Mei ini, dirayakan sebagai Hari Buruh Internasional, juga disebut MAY DAY.
Hari ini, 1 Mei, di seluruh dunia, bendera merah yang populer mewakili kelas pekerja dikibarkan, untuk merayakan semangat sejati dan solidaritas kelas pekerja. Ini adalah hari ketika para pekerja berkumpul menunjukkan kekuatan mereka, menunjukkan seberapa efektif mereka dapat berjuang untuk membawa reformasi positif bagi kelas pekerja di masyarakat.
Hari Buruh memiliki sejarah unik sejak 1 Mei 1886, ketika serikat buruh di Amerika Serikat memutuskan untuk melakukan mogok kerja. Sejak itu, 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Internasional (International Workers Day atau May Day) di banyak negara di dunia.
Tetapi apakah menunjukkan kekuatan dari pekerja saja cukup untuk membawa perubahan dalam hidup mereka? Bagaimana perusahaan dapat berkontribusi untuk membangun dunia yang lebih adil, aman, jauh lebih baik, dan lebih berempati untuk kelas pekerja? Mengingat malapetaka COVID-19 sangat memengaruhi ekonomi secara global.
Pandemi COVID-19 telah menciptakan malapetaka di seluruh negara dan bisnis, satu segmen yang paling terpengaruh adalah tenaga kerja. Keamanan pekerjaan menjadi sangat penting di saat tidak ada yang pasti. Banyak pemerintah di seluruh penjuru dunia, telah mengeluarkan nasihat untuk perusahaan agar tidak memecat karyawan mereka selama masa krisis ini. Tetapi apakah ini bisa menyelesaikan masalah? Apa saja aspek kehidupan pekerja yang masih perlu diperbaiki? Tentu ini bukan perkara mudah untuk menjawabnya, apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini.
Sebuah laporan berita, mengatakan bahwa di seluruh dunia, lebih dari dua miliar orang bekerja di sektor informal (kebanyakan di negara berkembang) dan paling berisiko, kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa krisis COVID-19 telah memengaruhi puluhan juta pekerja informal. Laporan itu mengatakan gangguan terhadap ekonomi dunia akibat pandemi COVID-19 diperkirakan akan menghapus 6,7 persen jam kerja global pada kuartal kedua tahun ini, setara dengan 195 juta pekerjaan di seluruh dunia.
“Para pekerja dan bisnis menghadapi bencana, baik di negara maju maupun berkembang. Kita harus bergerak cepat, tegas, dan bersama. Tindakan yang tepat, mendesak, dapat membuat perbedaan antara bertahan hidup dan runtuh,” kata Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder. “Dengan langkah-langkah tepat, kita dapat membatasi dampaknya. Pemerintah dan perusahaan, perlu memastikan bahwa tidak ada pekerja yang saat ini masih bekerja, namun di malam hari mengkhawatirkan apakah pekerjaannya akan tetap ada pada hari berikutnya,” lanjut Ryder.
Pandemi COVID-19 memiliki efek bencana pada jam kerja dan pendapatan, secara global. Dengan sebagian besar pabrik, toko, dan tempat-tempat usaha lainnya tutup, sebagian besar tenaga kerja, akhirnya tidak punya pekerjaan. Meskipun bisnis tidak operasional, namun sebagian perusahaan tetap berjuang untuk mengelola biaya dan memiliki arus kas yang cukup, untuk menjaga kesejahteraan keuangan pekerjs mereka. Dan, yang dibutuhkan oleh tenaga kerja saat ini adalah pendapatan yang cukup untuk bertahan hidup, dan menjalani kehidupan yang sehat dan aman.
Krisis kesehatan global saat ini mendesak para pemimpin bisnis, dan pemerintahan untuk mempelajari bagaimana mereka bisa mendistribusikan uang tunai, dan merawat seluruh masyarakat. Inilah sebabnya mengapa banyak pemimpin bisnis dan pemerintahan di seluruh dunia melakukan pemotongan gaji mereka, untuk memastikan distribusi uang tunai secara adil bagi masyarakat yang sangat membutuhkannya. Meskipun memastikan kompensasi adil selama krisis, saat ini lebih mudah dikatakan, daripada dilakukan. Tapi itu adalah tanggung jawab setiap pemimpin dan pembuat keputusan untuk menjaga semua orang di negara mereka masing-masing.
Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung telah mengekspos ancaman terhadap kelas pekerja sehubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Hari Buruh atau MAY DAY ini, akan berguna sebagai pengingat perjuangan untuk hak-hak pekerja, terutama karena minimnya perlindungan dan keselamatan kerja di tempatnya bekerja. Saat dunia kerja bergerak menuju ekonomi berkelanjutan, penting untuk memperhitungkan kebutuhan akan standar kesehatan dan keselamatan dasar, mulai dari skema asuransi kesehatan hingga ukuran kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
Dari makanan, akomodasi, perjalanan, dan pekerjaan, ada kebutuhan untuk fokus pada kesejahteraan pekerja. Untuk waktu yang cukup lama, perusahaan telah membatasi tunjangan bagi pekerja kontrak – bahkan ketika layanan mereka sangat penting untuk terus berjalan, inilah yang harus ada perubahan, di mana perusahaan mau melangkah lebih jauh dan lebih berempati, tidak hanya pendekatan murni pada perolehan laba perusahaan.
Bersikap Lebih Empati
Setiap hari mendengar dan melihat berita, jutaan pekerja kehilangan pekerjaan karena pandemi COVID-19, sungguh membuat saya bersedih dan prihatin. Pekerja memang paling rentan dan terkesan lebih mudah dibuang. Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO, telah mengingatkan tentang hilangnya pekerjaan dalam jumlah ratusan juta di saat pandemi COVID-19 merentang selama beberapa bulan mendatang. Pekerja dan bisnis menghadapi bencana global, baik secara finansial maupun mental. Dan bukan hanya tugas perusahaan, tapi juga tugas pemerintahan negara di seluruh dunia, untuk bekerja bersama, guna menemukan solusi, membantu semua segmen masyarakat, terutama mereka yang paling rentan atau yang paling tidak bisa membantu diri mereka sendiri.
Dalam masa krisis ini, perusahaan harus lebih berempati terhadap pekerja, karena pilihan keputusan yang mereka buat hari ini, akan secara langsung berdampak, dan memengaruhi kehidupan miliaran orang pekerja. Sudah saatnya perusahaan dan pemerintah memperhatikan pekerja tidak hanya sebagai aset sekali pakai, dan bersikap lebih empati pada pekerja, terhadap krisis kesehatan fisik dan mental, keuangan, dan kesejahteraan hidup mereka, setidaknya itu meminimalkan dampak dari krisis.
Hari Buruh atau MAY DAY ini, untuk memberi hormat atas tekad dan kerja keras para pekerja yang tak terhitung jumlahnya, yang telah menjaga mesin ekonomi global tetap berjalan, meskipun saat ini dihantam oleh badai paling keras, krisis COVID-19.
Selamat Hari Buruh. Tetap Semangat dan Profesional!
Salam Luar Biasa Prima!